Zira selalu merasa semuanya masih bisa diperbaiki.
Koridor rumah sakit tampak lenggang. Kursi tunggu hanya terisi oleh dua orang salah satunya wanita bersyal merah yang menundukkan kepala, menunggu hasil check up rutin bulanannya.
Talapak tangan Zira digenggam seseorang. Jika biasanya, Gino yang mengantarkannya ke rumah sakit. Kini hanya putranya yang bisa menemaninya.
"Bunda gak apa-apa?" tanya Reon.
Zira mengembangkan senyum, lalu mengangguk. Zira tahu, sekuat apapun ia menyembunyikan segala ketakutannya, traumannya, dan kepanikannya, putranya akan menyadarinya. Reon mewarisi sifat Melvin, peka terhadap hal-hal kecil.
"Makasih udah antar Bunda check up." Zira mengelus kedua pipi putranya.
Satu, Zira berhasil memperbaiki hubungannya dengan Reon. Putranya tak lagi bertanya-tanya ataupun mengungkit mengenai masalah masa lalu. Melvin turut membantu memperbaiki hubungannya dengan putranya.
"Wajah Bunda pucat."
"Bunda gak kenapa-napa." Sekali lagi Zira tersenyum, meyakinkan.
Meskipun ia selalu tak baik-baik saja.
Keguguran, masalahnya dengan Gino, masalahnya dengan Alya, urusan pekerjaan, dan menunggu kepulangan Melvin. Semua hal itu yang membuatnya harus sering-sering datang ke psikiater dan check up rutin.
Beban pikiran dan batinnya sebisa mungkin Zira atasi sendiri dengan sering mengobrol dengan putranya.
"Bunda udah dipanggil." Reon berdiri, ia mengantarkan bundanya masuk ke ruang dokter.
Dokter wanita yang telah menanti mereka itu tersenyum lebar dan menyapa. Selembar kertas hasil tes disodorkan kepada Zira. Lalu, dokter itu menjelaskan secara rinci bagaimana kondisi kesehatan wanita itu.
"Dan, selamat." Dokter wanita semakin melebarkan senyum. "Hasil tespek dan USG menyatakan Anda positif hamil."
Reon langsung menoleh ke arah bundannya. Terbelalak.
Sedangkan Zira hanya diam, sama kagetnya dengan putranya.
Zira menatap Melvin yang sedang menatap ke arah perutnya. "Kalo yang di sana berhasil jadi, jaga calon anak kita, ya?" pinta pria itu.
Calon anak Melvin.
"Usianya menginjak sembilan minggu," lanjut dokter itu. "Dan dilihat dari hasil USG, Anda mengandung bayi kembar."
"Kembar?" beo Reon.
Terbesit rasa senang dan bahagia ketika mendengar ia hamil. Namun, di satu sisi, Zira juga memikirkan bagaimana tanggapan Gino ketika mengetahui dirinya hamil anak Melvin.
Ia tak berhasil menjaga kandungnya kemarin. Apa kandungnya sekarang bisa ia jaga?
"Reon bakal jadi kakak, Bunda." Putranya itu memeluknya sambil berjalan ke parkiran rumah sakit.
Zira mengusap punggung Reon. "Selamat, ya."
"Bunda harus kasih tahu ayah Melvin." Laki-laki berusia lima belas tahun itu membukakan pintu mobil untuk bundanya. Mereka pulang diantar supir pribadi.
"Nanti aja, kalau ayah udah pulang."
"Kapan ayah Melvin pulang?"
"Bunda juga gak tahu."
"Biasanya?"
Zira menoleh, ia mendapati wajah penasaran putranya. "Ayah pulangnya gak tentu. Dia pernah tugas selama dua tahun penuh, berbulan-bulan, dan pernah juga tugas hanya beberapa minggu atau hari."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hapless
Novela JuvenilKomitmen adalah landasan penting yang harus dimiliki pasangan dalam menjalin hubungan. Bagi Smara hidup orang dewasa itu rumit dan banyak drama. Komitmen bukan landasan orang tuanya untuk menjalin hubungan, tapi kesalahan yang menjadi landasan mere...