37 - Lelaki Misterius

530 34 0
                                    

"ABANGGGG!"

Juni tidak bisa menahan amarah nya kepada sang kakak. Bagaimana tidak, Jeno baru saja menjatuhkan Novel milik Juni kedalam toilet. Sumpah demi Tuhan, Juni tidak akan pernah memaafkan Jeno.

Entah kapan Jeno memasuki kamar Juni dan mengambil Novel karangan Boy Candra milik nya.

Saat Juni kembali dari dapur, Jeno menenteng buku yang sudah basah kuyup menggunakan sarung tangan. Jeno mengatakan kalau ia tidak sengaja menjatuhkan nya di toilet.

"Abang gak sengaja jatuhin. Suer!" Cengir Jeno mengacungkan dua jari nya.

Juni menerima buku dari tangan Jeno dengan hati-hati. Hanya tersisa bagian atas buku yang masih kering. Rasanya ia ingin menelan hidup-hidup Jeno sekarang. Buku yang selama ia jaga dengan baik-baik musnah begitu saja karena ulah Jeno.

Juni selalu berhati-hati jika mengenai bukunya, saat membaca saja, Juni membuka halaman dengan pelan karena takut kusut. Tapi, orang yang meminjam, dengan tidak tau malunya membuat rusak benda kesayangannya.

"Ngapain bawa buku ke toilet sih! Gak ada kerjaan banget," sungut nya dengan wajah masam. Juni tidak pernah mengizinkan Jeno setiap kali ingin meminjam buku, namun sekarang ia kecolongan. Jeno meminjam buku tanpa sepengetahuannya.

"Tadi tuh Abang mau pinjem Novel kamu eh malah kebelet kencing, yaudah Abang bawa aja ke kamar mandi. Terus gak sengaja ke senggol masuk toilet. Hehehe," aku Jeno tertundu dalam, merasa bersalah. Ia menyesali perbuatannya.

"Maafin Abang ya,"

Juni mengerucutkan bibir nya menahan emosi, hidungnya kembang kempis bersiap menerkam Jeno, juga matanya melotot hampir meloncat keluar.

Juni tidak akan memaafkan begitu saja. Jeno sudah membuat macan keluar dari kandangnya.

"GAK MAU TAU, ABANG HARUS GANTI NOVEL JUNI SAMA YANG BARU! KALO ENGGAK, JUNI KULITIN KUCING KESAYANGAN ABANG!"

Jeno sampai menutup telinga mendengar teriakan Juni. Seperti ini jika amarah nya sudah memuncak, tidak ada yang bisa mengendalikan. Apalagi mengenai Novel berharganya, Juni tidak akan segan-segan menelannya hidup-hidup.

Jeno terkejut mendengar Kucing peliharaan nya menjadi bahan taruhan. Dia lebih baik mengganti Novel milik adik nya dari pada kehilangan Kucing nya.

"Iya-iya Abang ganti entar,"

"Sekarang!"

"Sekarang udah sore Juni. Besok lagi aja. Abang mau malam mingguan sama pacar."

"Juni mau nya sekarang. Jadi Abang harus ganti nya hari ini juga. Gak mau tau!" Bantah Juni.

Jeno menghela nafas pasrah. Memang sulit membujuk Juni jika sudah marah seperti ini. Ratih saja tidak bisa melawan.

"Iya sekarang iya. Gemes deh ah." Jeno mengiyakan dengan geram.

"JUNI, ADA TEMEN MU INI," Teriak Ratih dari depan pintu.

"IYA," jawab Juni lalu kembali menatap Jeno dalam.

"Inget! Se-ka-rang!" Lanjutnya lalu melengos menemui temannya.

"Nye nye nye nye," ledek Jeno setelah kepergian Juni. Lalu ia kembali masuk kedalam kamarnya dan bersiap keluar untuk menepati janjinya kepada Juni.

Jeno memang sering bertengkar dengan Juni, Namun ia sangat menyayangi adik satu-satunya itu. Kekesalannya selalu ia jadikan candaan, dan kemarahannya ia jadikan kasih sayang.

___

Jam menunjukan 4 sore. Dan kini Juni sedang membantu Ratih membuat Kue di dapur bersama Dea dan Anya yang akan menginap malam ini. Mereka terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang