10 - Demam

1.1K 140 12
                                    

Khawatir adalah sebagian dari
Rasa cinta.

xxtxi23
🍏

Cuaca hari ini cukup terik, Namun justru Juni tengah bergulung dengan selimut nya. Tubuh nya menggigil dan panas.

Akibat ulah nya semalam, Juni harus terkena demam tinggi dan memutuskan tidak pergi ke sekolah. Di dahi nya terdapat kompresan.

Jeno masuk ke dalam kamar Juni dengan menenteng mangkuk yang berisi bubur. Dia terlihat khawatir melihat kondisi adik nya yang seperti ini.

Semalam Jeno mencari nya kalang kabut dan mendapati Juni sedang meringkuk di tengah jalan dalam kondisi basah kuyup. Jeno tau kalu adik nya sedang tidak baik - baik saja. Meskipun tau kalau Juni adalah adik yang kuat, Namun ia Juga memiliki sisi kelemahan. Jeno sering mendapati Juni sedang menangis di dalam kamar nya.

Jeno mengambil kompresan yang sudah dingin dan menaruh nya dalam mangkok berisi air hangat.

"Dek, makan dulu yuk!?" ucap Jeno hati - hati.

Juni membuka mata nya perlahan. "Abang gak kuliah?" ujar nya sambil terbangun.

"Hari ini Abang gak ada jadwal." jawab nya sambil menyuapkan bubur kepada Juni yang langsung menerimanya.

"Terus bunda kemana?"

"Ngecek toko kue. Habis itu pergi ke pasar."

Juni hanya manggut - manggut mendengar jawaban Jeno. Ia jadi tidak enak hati karen membuat Ratih menangis semalam.

"Kamu tau? Bunda itu sayang banget sama kamu. Bunda nyuruh kamu minum obat juga biar kamu cepet sembuh, gak mau kamu kenapa - napa."

"Semalam Bunda juga cemas banget mikirin kamu sampe gak berhenti nangis. Cukup Ayah yang membuat Bunda kehilangan orang yang dia sayang. Bunda gak mau kehilangan kamu juga."

Juni menunduk mendengar perkataan yang Abang nya lontarkan. Selama ini ia egois. Juni memang lelah dan hampir menyerah. Namun, seharus nya dia semangat buat sembuh untuk orang yang menyayanginya.

"Maafin Juni bang."

Jeno tersenyum lalu mengelus rambut Juni. "Minta maaf nya sama Bunda. Jangan sama Abang."

"Sampai kapan Juni harus minum obat Bang. Juni bosan. Juni capek! Setiap hari minum obat tapi gak ada tanda - tanda Juni akan sembuh."

"Kalau kamu rajin minum obat pasti akan sembuh. percaya sama Abang. Bertahan ya dek. Buat Abang. Buat Bunda."

Ya. Seperti nya Juni harus bertahan. Bukan untuk dirinya, tapi untuk orang di sekitar nya. Setidak nya, dia mengurangi beban kesedihan orang lain.

🍏

Dea dan Anya hendak pergi ke kantin. Ketidak hadiran Juni membuat mereka merasa kesepian karena tidak ada yang mengganggu.

Baru mau melangkah keluar kelas. Dea dan Anya di hadang 3 laki laki yang membuat nya mundur satu langkah. Entah apa mau mereka.

"Hai Dea. Hai Anya." Itu suara Tama dengan nada di  lebay - lebay kan. Sudah di pastikan 2 orang lagi tiu adalah Galang dan Sakti.

Anya manaikan alis nya heran. "Apa - apa an nih! Mau malak ya Lo pada."

Tama menggelengkan kepalanya takzim. "Gabaik punya sifat Su'udzon. Lo mau di akhirat di Su'udzonin setan?!"

"Omongan nya bisa bener ya padahal sholat aja sering bolong Lo!" sinis Galang Yang langsung mengalihkan pandangan nya kepada Dea dan Anya.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang