89. AKHIR YANG SEBENARNYA

647 25 2
                                    

Assalamualaikum,
Udah lama banget ya gak lanjutin JUNIJANU. Mana ceritanya gantung lagi. Maaf banget karena author sibuk sama real life🙏
Tapi sekarang gak bakal digantung lagi kok, semuanya udah jelas antara Juni dan Janu, semoga kalian bisa menerima ☺️🙏

___

Tidak semua yang pergi bisa kembali,
Karena tujuannya bukan kamu lagi,
Jangan melukai diri,
Karena kamu tidak sendiri,
-

BAGIAN 89

"Telah terjadi penemuan jasad berjenis kelamin laki-laki di sebuah sungai Cinere. Awalnya, sekelompok pemancing hendak mencari ikan di sungai, lantas melihat jasad manusia mengapung dan tersangkut bebatuan,"

"Setelah melakukan otopsi, jasad pria tersebut merupakan pelajar SMA bernama Sakti Janu Namaan. Untuk sebab kematian masih dalam penyelidikan karena terdapat luka tusukan dibagian dada. Motif sementara, korban dibunuh dan dibuang jasadnya ke sungai."

"AAAHHKKK!" teriak penghuni kelas saat mendengar berita pada layar ponsel salah satu temannya.

Berita tersebut baru saja keluar dan membuat heboh sekolah. Semua orang langsung mengecek handphonenya masing-masing untuk melihat berita itu dengan jelas.

Suasana jam istirahat semakin tidak kondusif dan banyak pula yang menangis saat temannya diberitakan menjadi korban pembunuhan.

Dan yang lebih menggemparkan lagi, polisi melakukan penggerebekan kepada Tama yang merupakan dalang pembunuhan Sakti. Semua orang yang menyaksikan terperangah dan tidak percaya karena Sakti dan Tama bersahabat dari kelas sepuluh.

Adilla langsung jatuh pingsan karena syok berat dan dibawa keruang UKS. Semua orang bersedih dan mendadak banyak diam.

Untuk Juni, dia setia duduk di bangkunya. Tidak menangis, tidak menjerit, dan tidak juga menyela. Dia hanya berdiam dengan tatapan kosong, seolah kenyataan barusan adalah tamparan yang begitu dahsyat.

Seseorang yang begitu ia cintai, pergi begitu saja tanpa pamit. Seseorang yang selalu mengatakan cinta, tapi malah membuat semakin banyak luka. Dia yang begitu sempurna, namun tidak bisa membuat bahagia.

"Juni? You okay?" Anya bertanya pelan. Takut salah kata.

Dengan lemah, Juni hanya menjawab dengan gelengan kepala. Ia sudah tidak bertenaga, kekuatannya lenyap ketika mendengar berita kematian Sakti.

"Jun, yang kuat ya. Kita semua gak nyangka kalau Sakti bakal pergi secepat ini," ujar Dea sambil mengusap pundak temannya.

Juni kini beralih menatap kedua temannya, raut wajahnya sudah tidak tergambarkan lagi kesedihannya. Ia sepenuhnya belum siap.

"Why?" Ucap Juni lemah. "Kenapa harus Sakti orangnya? Kenapa?"

Air matanya lolos dan sudah tidak bisa dibendung lagi, Juni kini menangis sejadi-jadinya. Semua disekitarnya turut merasakan sedihnya.

"Dia orang baik, de. Dia orang baik. Kenapa harus Sakti yang jadi korban, kenapa?" Ucapnya gemetar. "Kok bisa Tama sejahat itu sama temennya sendiri?"

Dea maupun Anya kesusahan menjawab pertanyaan Juni. Karena mereka sendiri masih belum percaya dengan apa yang terjadi. Semuanya terasa mendadak.

"Gue bahkan belum sempet bilang kalo gue juga cinta sama dia. Gue malah mertahanin ego dan ngebiarin dia berjuang sendirian. Bego banget sih gue, begi bego bego!" tangisnya pecah dan semakin tidak terkontrol. Dea dan Anya langsung memeluk Juni untuk menenangkannya, walaupun sebenarnya mereka juga tidak kuasa menahan kesedihan.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang