Tamu adalah Raja,
Tapi kalo gak bawa martabak,
Turun pangkat jadi Pengawal.xxtxi23
🍏"Makasih ya Lang. Tapi lain kali Gue bisa sendiri." Ucap juni setelah turun dari mobil milik Galang.
"Santai aja kali Jun, Gue kan ikhlas nganterin Lo. Gak ngarepin apa apa." seru Galang di dalam mobil.
Juni tersenyum kikuk. "Yaudah. Kalo gitu gue mau masuk rumah."
"Iya sana gih. Gue pulang ya. Bye."
"Bye."
Setelah mobil Galang berjalan meninggalkan nya. Juni berbalik menuju rumah nya.
Juni melihat motor beat nya terparkir di halaman rumah. Dia bernafas lega, karna Sakti tidak berbuat macam - macam terhadap motor kesayangan nya. Juni kira Sakti akan menjual Si Jini atau kalau tidak dia akan membawa motor dalam keadaan kritis. Karna Juni tau, Sakti selalu mengerjakan tugas nya dengan lalai.
Langkah Juni terhenti di ambang pintu. Mata nya membola kaget melihat pemandangan di depan nya.
Terlihat Sakti sedang duduk santai dan mengobrol dengan bunda nya. Juni melihat sakti tertawa saat mendengarkan Ratih bercerita membuat Lesung pipi nya keluar dengan sempurna.
"Eh ini dia anak bunda baru pulang. Sini duduk dulu sayang."
Juni memberi salam kepada Ratih lalu mengambil tempat duduk di sofa lain sebelah Sakti.
"Lo..Lo ngapain di rumah Gue?" Juni hati - hati bertanya pada Sakti.
Sakti melirik Juni datar. "Emang gak boleh? Yaudah Gue pulang aja kalo gitu." Sakti hendak berdiri tapi tertahan oleh suara Ratih.
"Bunda yang nyuruh mampir dulu."
"Gausah buru - buru, teh nya juga belum di minum."
Sakti tersenyum kikuk. "I - iya tante."
"Yaudah, bunda ke dalam. Kalian ngobrol aja dulu. Bunda mau siapin Kue buat tante Mira." Ratih tersenyum jahil kepada Juni lalu mengedipkan mata nya sebelum beranjak ke dalam rumah.
Ratih sengaja meninggalkan mereka agar Sakti dan anak nya melakukan pendekatan. Siapa tau bisa besanan dengan Mira, teman nya.
Suasan canggung setelah kepergian Ratih. Tidak ada yang berani memulai suara. Juni terlihat resah, dia tidak bisa menyembunyikan kegugupan nya berhadapan dengan Sakti. Namun Sakti terlihat santai dengan wajah datar nya yang begitu tenang.
Juni tidak pernah menyangka rumah nya akan di datangi oleh Sakti. Padahal dulu mengharapkan di tatap saja sangat sulit. Kepopuleran Sakti di sekolah membuat dia tidak bisa melihat Juni yang biasa - biasa saja.
Ingin sekali Juni berkata Mau pergi ke kamar dan mengganti pakaian nya. Namun mengapa terasa sulit di lakukan.
Juni meremat rok nya dengan kuat. Dia tidak berani menatap Sakti. Bagaimana pun, Juni adalah salah satu penggemar rahasia Sakti di sekolah.
"BUN. MASIH LAMA GAK?" Juni berteriak di tempat bertanya kepada Ratih.
"LUMAYAN. INI KUE NYA ADA YANG BELUM MATANG."
"KALIAN NGOBROL AJA YANG LAMA."
Juni mendengus pasrah mendengar jawaban dari bunda nya. Harus berapa lama saling berdiam seperti ini.
"Juni."
Sakti akhirnya mengeluarkan suara. Membuat Juni sedikit bernafas lega.
Juni mendongkak."A-Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...