Setelah pengejaran yang dramatis, akhirnya Bulbul tertangkap oleh Wahyudi, penjaga gerbang sekolah. Lalu apa saja yang dilakukan oleh Sakti dan teman-temannya? Bahkan Wahyudi menangkapnya dengan begitu mudah.
Sakti, Juni dan teman sekolah yang lain duduk selonjoran dimana saja, mereka kelelahan akibat mengejar Bulbul yang berlari dengan gesit. Mereka terlihat ngos-ngosan dengan wajah yang memerah disertai keringat yang bercucuran.
Kini Bulbul sudah berada ditangan Juni yang sedang bersandar pada Tiang sekolah. Disampingnya Sakti selonjoran dengan tangan menyangga tubuhnya.
"Capek banget anjir!" Ujar Sakti dengan napas yang tak beraturan.
"Yang ngejar Bulbul segini banyak, eh ketangkapnya sama pak Wahyudi, gelo!" Umpat Juni sambil mengelus bulu Bulbul dengan pelan.
"Gue baru aja sembuh udah dibikin keringetan kayak gini. Dasar, kucing jahanam!" Sakti memarahi Bulbul sambil menunjuk dengan geram.
"Eh lo main nyalahin Bulbul aja, lo yang salah juga. Siapa suruh bawa Bulbul ke sekolah," ucap Juni membela kucing Jeno.
Padahal Juni sering menganiaya Bulbul dirumah, tapi kali ini ia membelanya dari setiap tuduhan Sakti
"Iya deh iya, gue yang salah," ujar Sakti mengalah.
Tiba-tiba Bu Imas datang di tengah-tengah mereka dengan wajah yang siap meledak.
Seketika semua orang yang asik selonjoran langsung berdiri dengan tegap dan tertunduk karena takut melihat sorotan mata Bu Imas yang menyeramkan.
"Siapa yang bertanggungjawab atas kekacauan semua ini?" Tanya Bu Imas dengan nada berat.
"BULBUL," jawab semua orang dengan kompak.
Juni dan Sakti hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan lutut gemetar. Tangan Juni setia menggendong Bulbul.
"Siapa yang sudah menjatuhkan motor saya?" Tanya Bu Imas lagi.
"BULBUL,"
"Siapa yang merusak tanaman sekolah?"
"BULBUL,"
"Siapa itu Bulbul?"
Dengan serempak, semua orang menunjuk Bulbul yang sedang digendong oleh Juni.
Dengan malu yang gak kepalang, Sakti dan Juni hanya menyengir menunjukan deretan giginya yang rapih.
___
Kini Juni dan Sakti berada diruang BK, didepannya ada Bu Imas yang menatapnya dengan tajam dan dingin.
Sakti dan Juni hanya beradu pandang lalu meneguk ludah sebelum mendengar kalimat Bu Imas yang akan menghakiminya.
Bulbul sang pelaku kejahatan tertidur pulas dipangkuan Juni, dalam hati Juni ingin mencekik kucing itu dengan kuat karena sudah membuat dirinya ketiban sial.
"Jadi..."
"Jadi apa Bu?" Potong Sakti tidak sabaran.
"Saya belum selesai bicara dan kamu sudah menyela."
"Oh iya saya lupa. Jadi gimana Bu?"
Mental Sakti seketika menciut saat mendapat pelototan dari Bu Imas. Di tangannya, Bu Imas memegang penggaris besi yang ia mainkan.
"Siapa pemilik kucing itu?" Tanya Bu Imas sambil menunjuk Bulbul dengan matanya.
"Namanya Bulbul, Bu,"
"Sekali lagi kamu menyela, saya akan kosongkan semua nilai kamu di pelajaran saya,"
"Iya Bu, enggak lagi."
Juni memperingati Sakti dengan tatapannya agar tidak memancing emosi Bu Imas terus-terusan. Sakti hanya menyahuti dengan cengingan dan mengangkat tangan membuat hurup V.
Bu Imas berdehem sambil membenarkan kacamata minusnya, kemudian kembali menatap kedua muridnya itu dengan serius.
"Jadi punya siapa kucing nakal itu?"
"Sa..saya Bu," Juni bersusah payah bersikap normal dan tidak gugup, namun begitu sulit i lakukan.
"Jadi kamu yang membawanya ke sekolah?"
Sakti buru-buru menyela. "Bukan bu, itu saya yang bawa Bulbul,"
Bu Imas menyipitkan matanya untuk melihat Sakti lebih jelas.
"Sudah saya duga,"
"Gara-gara kucing itu, parkiran sekolah menjadi sangat kacau. Banyak motor yang terguling, tanaman rusak, juga sampah yang berserakan dimana-mana."
Sakti dan Juni semakin gelisah, mereka tidak tahu hukuman apa yang akan di berikan kepadanya.
"Maka dari itu, saya harus menghukum kamu Sakti." Lanjut bu Imas dengan tegas.
"Tapi itu kucing punya Juni bu. Jadi dia harus dihukum juga," timpal Sakti tidak terima.
Juni mendelik kearah Sakti, bagaimana bisa Sakti menceburkan dirinya kedalam lubang yang sama. Apakah ia sudah bosan hidup.
"Kok saya ikut-ikutan dihukum sih bu, kan yang bawa Bulbul ke sekolah itu Sakti, kenapa saya jadi kena getahnya," ujar Juni lebih tidak terima.
"Tapi kan Bulbul peliharaan lo!" Timpal Sakti.
"Punya bang Jeno."
"Sama aja,"
"Saktiiiii!"
Bu Imas memejamkan matanya sekejap, ia merasa pusing menghadapi kelakuan muridnya yang sulit diarahkan. Kepalanya berdenyut sehingga sesekali harus ia pijit dengan tangannya.
"DIAM!" Bentak bu Imas sambil memukul penggaris ke meja, membuat Sakti dan Juni terjolak kaget.
"Kalian berdua akan ibu hukum!"
"Ada tiga hukuman yang harus kalian lakukan,"
"Pertama, Bersihkan kekacauan di parkiran, kedua, cari bibit tanaman untuk mengganti tanaman yang rusak, dan satu lagi, dan yang ketiga, bawa motor saya kebengkel."
"APA?!
___
To Be Continue
JUNIJANU BAGIAN 59
Juni Maharani
Sakti Janu Namaan
Syudah bacanya?
Syudah vote?
Syudah mandi?
Syudah bahagia?
Jika sudah semua. Aku kasih bonus pic Sakti Janu Namaan.
Nih
Hawoooo aku tampan kan? Iya kan?
IG : xxtxi23
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...