38 - Sesi Curhat

501 32 0
                                    

Juni, Dea dan Anya kini sedang fokus menonton Drama Korea pada layar Laptop di atas kasur. Sesekali mereka menyomot cemilan yang sudah dibeli Juni tadi sore.

"Gong Woo Jin ganteng banget ya ampun. Mau deh jadi ceng-cengan nya." Celetuk Anya dengan mata terfokus pada Laptop.

"Greget Gue sama Dia, lama banget nyadar nya kalo SeoRi itu gebetan nya sendiri." Seru Dea tak kalah heboh.

"Kan udah gak ketemu 13 tahun, wajar lah gak inget sama SeoRi." Ujar Anya.

"Ya maka nya itu Gue greget. Mereka saling suka tapi susah banget mau bersatu. Rasanya pengen tak hihhh,"

Jleb!

Perkataan Dea barusan sangat menyentil ginjal Juni. Eh salah, maksudnya menyentil hati Juni. Kisah Drama Korea yang dengan mereka tonton hampir sama dengan kisah Juni dengan Sakti. Saling suka, tapi tidak saling menyadari.

Dea melirik ke arah Juni di sampingnya. Dia terlihat melamun dan tidak ikut menonton Drama.

"Juni?" Panggil Dea menyadarkan.

"Iya, ada apa?" Tanya Juni celingukan.

"Kenapa Lo ngelamun? Awas, nanti Lo kesambet loh,"

"Enggak kok, gak apa-apa."

Dea menaikan sebelah alisnya, ia tidak percaya kalau Juni sedang tidak apa-apa.

"Beneran gak apa-apa?*

Juni meneguk ludah kasar, ia tidak menyembuhkan sesuatu dari temannya. Hanya mereka yang bisa Juni ajak bicara, yang selalu ada di sisi Juni dalam keadaan apapun.

"Gue mau cerita sesuatu,"

"Tentang Lo sama Sakti? Kan kita udah sepakat, ceritainnya setelah nonton Drakor, kenapa Lo tiba-tiba gak sabar gini," ujar Anya.

"Bukan soal itu," terang Juni. "Sebenarnya, Gue di ikutin cowok misterius pas beli cemilan tadi. Gue gak tau Dia siapa,"

Dea dan Anya terperangah dan sontak mendekat kearah Juni, mengabaikan Drama Korea yang sedang mereka tonton.

"Hah? Yang bener Lo, Jun. Ngapain orang itu ngikutin Lo?" Seru Anya heboh.

"Mana Gue tau,"

"Dia cuma ngikutin Lo doang? Gak ngapa-ngapain Lo kan?" Tanya Dea memastikan.

"Iya, Dia cuma ngikutin doang. Tapi tetep aja takut,  mana tadi di jalan sepi lagi."

"Yang penting Lo gak di apa-apain. Kalo ada yang ngikutin lagi, Lo kasih tau kita ya," ujar Dea menenangkan.

"Iya,"

"Mungkin Dia mau ngulik Lo, Jun. Lo sih keluar pake kaos polos gitu, terus rambut di kuncir dua, Dia pasti ngiranya Lo anak kecil." Tebak Anya ngawur.

"Emangnya masih jaman kasus penculik anak kecil  buat di ambil ginjalnya?" Ujar Dea.

"Serem amat," Juni bergidik ngeri.

"Udah lah, sekarang kita lanjut nonton Drakor, keburu Gong Woo Jin sama SeoRi nyebar undangan," ujar Anya.

"Gak usah. Kita udah terlanjur gak fokus. Mending sekarang kita bahas tentang hubungan Lo sama Sakti," saran Dea kepada Juni.

"Nah bener tuh,"

Juni berpikir sejenak sebelum mengiyakan perkataan Dea. Mereka bertiga duduk bersila membuat lingkaran di atas kasur, sebelumnya Juni menyimpan Laptop di atas meja.

"Gue cerita nih ya," Juni terlihat gugup untuk memulai cerita.

"Iya sayang," gemas Dea.

"Bentar. Gue mau ambil cemilan dulu," Anya beranjak untuk mengambil cemilan.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang