12 - Egois

1K 139 18
                                    

Disaat merasa orang lain egois,
Tanpa sadar
Kita lah yang lebih egois,

xxtxi23

🍏

"Juni bodoh!"

Juni merutuki diri nya kekita berhasil duduk di bangku perpustakaan. Dia menyesali perbuatan nya yang baru saja di lakukan. Untuk apa dia menghampiri Sakti yang jelas - jelas tidak mengharapkan nya. Apalagi melihat Adilla semakin dekat dengan Sakti, rasa nya tidak ada lagi celah untuk menyalip masuk kedalam hati Sakti.

Dengan gusar Juni menghela nafas dalam selama tiga kali. Jangan sampai Sesak nafas nya muncul ketika ia sedang emosi.

Juni mulai membuka Novel yang berada di tangan nya. Sebenarnya Juni sudah membaca sebanyak dua kali, Namun ia kembali membaca nya di karenakan berhasil membuat Juni baper. Judul Novel tersebut yaitu "KATA" hasil karya Rintik Sedu. Juni sangat mengagumi penulis tersebut dengan nama asli Tsana. Setiap ceritanya, selalu membuat pembaca terkesima. Penulisan yang apik, cerita yang menarik, serta penulis yang cantik. Juni berharap suatu saat akan seperti Dia. Menjadi penulis berbakat yang setiap tulisan nya di tunggu masyarakat.

"Juni."

Galang tiba - tiba duduk di samping Juni dan membuat Juni menghentikan aktifitas membaca nya. Dia melirik Galang dengan malas.

"Apa?" Ucap Juni ketus.

"Gue mau minta maaf soal perkataan Gue tadi pagi. Gue gak bermaksud ngatain Lo." Ujar Galang penuh penyesalan.

Juni menutup novel yang baru saja di baca nya. Ada yang lebih menarik perhatian nya kali ini. Ada yang ingin Juni tanyakan kepada Galang.

"Kalo gitu, Dari mana Lo tau kalo Gue suka sama Sakti? Apa Lo cenayang? Atau Lo bisa baca pikiran orang lain? Atau Lo pake dukun? Atau..."

"Enggak Jun, enggak! Gue cuma nebak aja."

"Nebak? Ah bohong Lo!?"

Galang tersenyum penuh arti. "Beneran juni. Gue cuma nebak aja."

"Gue sering liat Lo merhatiin Sakti. Dari kelas sepuluh malah."

Juni terkejut bukan main. Jadi selama ini Galang diam - diam suka liatin dia dari jauh. Tapi kenapa tebakan nya tepat sasaran. Juni jarang sekali menunjukan perhatian nya kepada Sakti, jadi tidak mungkin Galang menyimpulkan nya begitu saja.

"Lo gak lagi ngarang cerita kan?" Tanya Juni memastikan.

"Waktu kelas sepuluh, Gue pernah mergokin Lo lagi masukin bekal makanan ke kolong meja Sakti."

"Lo pura - pura jatoh di depan Sakti pas pelajaran olahraga."

"Suka liatin Sakti pas dia tidur di kelas."

"Sering terlambat masuk kelas biar di hukum bareng Sakti."

"Ngikutin Sakti pas jalan berdua sama Adilla."

"Apalagi ya." ucap Galang mengetuk - ngetukan telunjuknya di dagu seolah sedang berpikir keras.

Juni melongo tak percaya apa yang di ucapkan Galang. Padahal itu sudah lama sekali. Saat mereka masih kelas satu. Bagaimana Galang bisa menginhat nya.

"Galang..." ucapan Juni terhenti karna Galang tiba - tiba mengeluarkan suara.

"Ah iya, Lo juga kemarin pura - pura sakit biar di gendong Sakti ke UKS."

"Lang..."

"Awal nya Gue kira itu cuma tebakan Gue doang. Tapi Gue semakin yakin pas liat buku catatan Lo."

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang