Warn: di part sebelum ini akan revisi tempat sesuai dengan part yang ini ya.
Setelah sekian lama, akhirnya up juga😪 ada yang nunggu gak sih?
Semoga bisa melepas rindu dengan Juni Janu ya:)
Selamat membaca^^___
BAGIAN 88
Juni tergesa memasuki sebuah caffe. Galang bilang ada hal penting yang harus mereka bicarakan dan semua ini menyangkut nyawa. Alhasil Juni mengiyakan dan terlihat buru-buru menemui Galang.
Juni melihat keberadaan Galang yang sibuk memainkan jus mangga dengan sedotan.
Kepala Galang menunduk dan sepertinya tidak sadar akan kedatangan Juni. Kakinya ia hentak-hentakan ke tanah mencoba menenangkan diri, membuat suasana hati tidak bergemuruh oleh ketakutan.
"Ada apa?"
Galang mengangkat kepala begitu saja dan melihat Juni sudah berdiri di depannya, seketika suasana mendadak canggung dan tangan di kedua makhluk gemetar. Galang menepuk-nepuk kursi agar Juni duduk di sampingnya yang langsung ditanggapi.
"Ada apa?" Tanya ulang Juni setelah mendudukkan dirinya pada kursi taman di rumah Sakti.
"Lo beneran gak sibuk?"
"Enggak, makanya gue kesini,"
"Lo ada janjian sama Sakti?"
"Enggak, kenapa?"
"Gue mau bahas Sakti,"
"Bahas tentang apa?" Jujur, Juni penasaran.
"Lo tau kan kalo akhir-akhir ini dia lagi banyak masalah?"
"Hm," jawab Juni seadanya.
"Gue kasian sama dia, tapi gue gak tau harus bantu gimana, makanya gue panggil lo,"
Juni menaikan sebelah alisnya, "Terus hubungannya sama gue apa? Kenapa lo gak minta bantuan orang lain aja, kenapa harus sama gue?"
"Gue gak tau harus minta bantuan siapa selain sama lo,"
Dengan malas Juni menghela nafas panjang lalu melirik Galang yang sedang menatapnya kini,
"Tama? Kan dia temen lo, Kenapa gak sama dia aja,"
"Itu dia. Tama dalang dari semua masalahnya, dia pelakunya," jelas Galang dengan berat hati.
"Maksud lo apa? Dalang? Pelaku? Gue gak ngerti."
Galang menghela nafas berat sebelum menjelaskan semuanya kepada Juni.
"Jadi gini bla bla bla bla...."
Dengan yakin, Galang menceritakan semua fakta yang ia tahu tentang Sakti. Juni tidak berhenti membuka mulut disetiap penuturan Galang yang begitu mencengangkan.
Juni tidak percaya Tama yang ia kenal humoris dan urakan ternyata itu semua palsu. Semuanya telah tertipu oleh wajahnya yang polos, sungguh Juni masih tidak percaya penuturan Galang barusan. terus menggeleng seakan menolak fakta dari mulut Galang. Mengapa semua ini terjadi begitu tiba-tiba, Juni tidak bisa berpikir dengan baik sekarang.
Juni menarik lengan Hoodie yang kebesaran supaya tidak menutupi tangannya yang mungil. Rambutnya ia biarkan tertiup angin dan menutupi sebagian wajahnya. Juni hanya fokus pada satu tujuan, yaitu Galang.
"Lo gak lagi bercanda kan Lang?" Tanya Juni hati-hati dan penuh penekanan.
"Kalo gue bercanda, lo sekarang pasti udah ketawa," Tidak ada ekspresi yang Galang berikan, hanya tatapan sayu penuh permohonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...