23 - Lapangan

874 73 4
                                    

Gue buang ya bunga nya.
Gue nolak Lo. Maaf
Juni
🍏

Bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu. Tapi Juni masih anteng dengan buku pelajaran nya, membuat Dea dan Anya pergi ke kantin berdua.

"Ikut Gue."

Sakti menarik tangan Juni tanpa aba - aba dan membuat pulpen yang di pegang Juni mencoret  kertas.

"Gak mau!" Juni menolak dan melepas pegangan Sakti.

Sakti menatap lekat wajah Juni beberapa saat, sebelum dia melanjutkan menarik tangan Juni.

"Pokoknya ikut! Jangan bikin Gue susah."

Sakti menarik tangan Juni dengan kasar. Juni hanya bisa pasrah di bawanya. Sakti membawa Juni sampai tepi lapangan.

Di tengah lapangan, Juni melihat Galang sedang memegang sebuah bunga dan Tama memegang banner bertuliskan 'GALANGJUNI TIME'. Di sekitar lapangan, sudah di penuhi siswa yang penasaran.

"Samperin sana." Ujar Sakti di samping Juni.

"Nyamperin Galang?" Tanya Juni.

"Ya iya lah. Masih nanya,"

Juni melangkah ragu ke tengah lapangan, ia mendekati Galang yang sudah memasang senyuman pasti. Di pikiran Juni sedang bingung mencari kata - kata yang akan ia keluarkan nnti.

Juni melihat Sakti sudah ikut berdiri di samping Tama dan memegang banner yang bertuliskan 'I LOVE YOU JUNI'

"Juni."

Galang bersuara ketika mendapati Juni di hadapan nya. Juni dengan setia menunggu kelanjutan nya.

"Lo tau kan Gue suka sama Lo?"

Juni mengangguk patah - patah.

"Gue pernah bilang sama Lo, kalo Gue bakal nunggu sampe Lo siap. Tapi Gue gak bisa nahan lagi Jun, Gue butuh jawaban dari Lo,"

"Apapun jawaban dari Lo. Gue udah siap."

Juni meremas rok nya, hati nya tak karuan. Ia bingung harus menyikapi Galang bagaimana.

"Sekarang. Disini. Gue, Galang Januar mau bilang kalo Gue cinta sama Lo."

Juni meneguk ludah pahit. Dia melihat Dea dan Anya yang ikut menyaksikan di pinggir lapangan.

"Lo mau gak jadi pacar Gue?"

"Kalo Lo ambil bunga ini, Lo terima Gue. Tapi kalo Lo buang bunga nya, berarti Lo nolak Gue." Galang menyodorkan bunga mawar di depan Juni. Dia harap - harap cemas menunggu jawaban Juni.

Teriakan penonton riuh di sekeliling Juni, banyak yang berharap agar Juni menerima Galang.

Juni melirik Sakti yang setia memegang banner dengan angkuh. Juni jadi ingat kejadian kemarin yang membuatnya muak melihat wajah Sakti.

Dengan menghilangkan keraguan di dada nya, Juni mengambil bunga dari tangan Galang.

Dea yang melihat pemandangan itu pun, kangsung berlari menjauh dari lapangan dan membuat Anya mengejarnya.

"Lang, Lo tau kan Gue suka sama siapa?" Juni bertanya dengan nada rendah.

"Gue gak mungkin nerima Lo sedangkan di hati Gue gak ada nama Lo."

"Gue gak mau nyakitin Lo, Lang."

Galang dengan setia mendengarkan ucapan Juni.

"Gue gak pantes buat Lo. Tapi Gue tau siapa yang lebih pantes buat Lo."

"Siapa?" Tanya Galang.

"Dea."

"Dea?"

"Dea yang lebih pantes buat Lo. Dia suka sama Lo, Dia cinta sama Lo dengan tulus. Gak kayak Gue."

"Gue buang bunga ini ya, Lang. Gue nolak Lo. Maaf."

Juni membuang bunga mawar yang sempat ia pegang, lalu pergi meninggalkan lapangan begitu saja. para siswa yang menonton mulai berhamburan dengan raut yang macam - macam.

Galang menelan ludah kasar. Dia menatap bunga yang di buang Juni. Bibir nya tersenyum getir, wajah nya terlihat kecewa.

Tama dengan sigap merangkul bahu Galang menguatkan. Dia tau sabahat nya itu pasti sedang tidak baik - baik saja. Bagaimana tidak, Galang baru saja di tolak di depan banyak orang.

"Gapapa, Lang. Belum jodoh. Masih banyak kok cewek di luaran sana." Ujar Tama menguatkan.

"Tapi Gue mau nya sama Juni," Ucao Galang dengan pandangan kosong.

"Sabar bro. Entar Gue cariin cewek yang kayak si Juni. Mau berapa? 3? 10? Gue cariin deh," seru Sakti menepuk pundak Galang, Namun Galang menepis nya dan berlalu begitu saja.

Sakti menaikan sebelah alis nya heran. Kenapa Galang seolah marah padanya.

"Dia kenapa sih?" Tanya Sakti kepada Tama.

"Wajar lah, kan habis di tolak si Juni. Jadi agak sensitif tuh anak." Tutur Tama.

Sakti mengangguk paham, namun hati nya tetap gelisah. Ada yang aneh dengan Galang menurut nya.

"Susul Galang yuk. Gue takut tuh anak nekat bunuh diri." Ajak Tama dan langsung di iya kan oleh Sakti.

Mereka pun pergi menyusul Galang dengan tangan menenteng banner yang sudah tidak berguna lagi.

🍏

Galang yang tertolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galang yang tertolak

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang