55 - Terjebak Hujan

345 20 0
                                    

Sesekali Juni meniup tangannya yang terasa dingin, ia terjebak hujan di halte bus sendirian. Juni menyesal karena tidak menerima tawaran Dea yang ingin mengantarnya pulang.

Kini Juni hanya menunggu keajaiban ada bus yang lewat, tapi hampir satu jam tidak ada satupun bus atau angkutan umum yang berhenti di halte dimana Juni berada.

Juni mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan berniat menelpon Jeno untuk menjemputnya.

"Bang Jeno kemana sih! Kok gak ngangkat telpon gue,"

Juni menghentakan kakinya kesal karena Jeno tak kunjung mengangkat telponnya. Saat dibutuhkan saja menghilang.

Dasar menyebalkan.

Juni kembali menelpon Jeno namun tetap tidak ada jawaban.

"Awas aja kalo sampe rumah ternyata lagi santai-santai, gue gak akan pernah mau disuruh ngambil Bulbul di rumah Caca." Ujar Juni mencak-mencak.

Juni akhirnya pasrah, ia harus menunggu hujan reda untuk mencari angkutan umum di tempat lain.

Suara rintik hujan membuat Juni merasa damai, rasa dingin menusuk pori-pori kulitnya. Juni terpejam merasakan setiap hembusan angin yang menerbangkan rambut panjangnya.

BYURRR

Juni terjolak kaget karena terkena genangan air yang diakibatkan oleh pengendara motor. Rok seragamnya habis penuh dengan air bercampur lumpur.

"KALO BAWA MOTOR YANG BENER DONG!"

"Rok gue jadi basah nih, tanggung jawab kek!"

"Gue doain lo ngungseb ke rawa-rawa!"

Juni mengumpat sambil menatap pengendara motor yang sudah terlihat jauh.

"Ya Allah, rok gue," Juni meratapi roknya yang tak berbentuk.

Selagi asik mengumpat, dari sebrang jalan ada seorang lelaki berjubah yang mengamati Juni. Orang itu berdiri didepan gang sambil bersandar pada tembok. Lelaki itu berpenampilan sama persis saat Juni temui di toko kue.

Apa tujuan terus mengikuti Juni. Jika berniat mencelakai, mungkin dari pertama bertemu pun sudah ia lakukan, tapi Samapi saat ini,lelaki itu hanya mengamati Juni dan tidak melakukan apa-apa.

Lelaki misterius itu merogoh ponsel dari dalam saku dan mengetikan sesuatu. Lalu kembali menatap Juni dari kejauhan.

Tak berselang lama, sebuah mobil berhenti didepan Juni.

Juni menatap mobil yang berhenti didepannya, kaca depan mobil terbuka dan memperlihatkan seseorang disana.

"Galang?" Ujar Juni saat kaca mobil terbuka setengah.

"Lo kenapa masih disini? Belum pulang?"

Juni menggeleng sebagai jawaban, ia melanjutkan membersihkan roknya dengan mengibas-ngibasnya.

"Itu rok lo kenapa?" Tanya Galang sedikit mengeraskan suara karena tersamarkan oleh hujan.

"Biasa, kena cipratan  motor tadi,"

"Yaudah, masuk sini, gue anter pulang."

Juni sebenarnya tidak enak setiap kali bertemu dengan Galang, semenjak Juni menolak cintanya beberapa waktu lalu, membuatnya menjadi canggung saat berbicara satu sama lain.

"Gak apa-apa, sebentar lagi juga hujannya reda," tolak Juni dengan halus, tidak mau membuat Galang tersinggung.

"Gue juga gak apa-apa, ikhlas kok nganterin, lagian searah juga sama rumah lo,"

Jika sudah begini, Juni harus bagaimana. Akan sangat malu jika terus menolaknya. Juni harus mencari alasan lain.

"Bang Jeno sebentar lagi mau jemput, sekarang lagi di jalan, ya lagi di jalan." Ujar Juni beralasan.

Galang terlihat sedikit kecewa atas tolakan yang Juni layangkan padanya. Ia menghela nafas lalu kembali menatap Juni.

"Oh, oke deh kalo gitu. Beneran nih ya gak mau gue anter,"

"Iya, Lang, maaf ya," ujar Juni tak enak hati.

"Ngapain Minta maaf segala," Galang tertawa hambar.  "Yaudah, gue duluan ya,"

Juni mengangguk seraya tersenyum, lalu ia mengedarkan pandangannya kesamping dan betapa terkejutnya saat melihat lelaki misterius sedang berdiri disebrang jalan. Juni jadi takut sekarang.

"Eh, Lang, tunggu!"

Juni mengejar mobil Galang yang baru saja berjalan, Galang membuka kembali kaca mobil dan bertanya kepada Juni.

"Iya, ada apa, Jun?"

"Gue... Gue ikut Lo deh," ucap Juni sedikit malu karena sempat menolaknya.

"Loh, katanya abang lo lagi dijalan mau jemput lo,"

Juni menggaruk kepalanya sambil memperlihatkan giginya yang rapih.

"Gak jadi, ada urusan katanya,"

Galang hanya ber-oh ria, membuat Juni meneguk ludah.

"Yaudah masuk aja, lo kehujanan tuh,"

'Alhamdulillah' seru Juni dalam hati, lalu masuk kedalam mobil Galang.

___

To Be Continue

JUNIJANU 55

Juni Maharani

Sakti Janu Namaan

Up tiap hari yaww, jangan kasih kendor para readers🤸

IG : xxtxi23

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang