13 - Pingsan

1K 125 7
                                    

Saat ingin menjauh
Malah dia yang mendekat
Dasar, takdir.

xxtxi23

🍏

Pagi ini, Juni terlihat tergesa - gesa menuju meja makan. Dia pastikan akan terlambat masuk kelas. Juni meraih roti yang di siapkan Ratih dan memakan nya sengan suapan besar - besar. Di depan nya terdapat Jeno dan Ratih yang memakan sarapan dengan santai.

"Hati - hati kalau makan!" Ratih menegur Juni yang sama sekali tak ia hiraukan.

"Juni udah telat bun. Gak ada waktu lagi." ucap Juni dengan mulut nya yang penuh dengan roti.

"Siapa suruh di bangunin susah! Udah mirip kayak keponakan kebo." ledek Jeno.

Juni menatap Jeno tak suka. "Diem ya bang. Juni lagi males berantem." cibirnya.

"Obat nya jangan lupa di minum!" Ujar Ratih mengingatkan.

"Iya bun, nanti Juni minum di sekolah. Sekarang udah telat soalnya."

"Tapi di bawakan kan?" tanya Ratih dan hanya mendapat anggukan dari Juni. Anak itu terlihat sibuk sendiri.

"Bohong tuh bun! Pasti obat nya gak di minum" cibir Jeno.

"Dih, Juni suka minum obat nya kok. Tanya aja sama penjual di kantin sekolah Juni. Juni suka minta air putih sama Bi yati. Heuu."

"Iya iya bunda percaya kok. Udah sana cepetan berangkat!" titah Ratih.

Setelah menegak susu hingga tandas, Juni menyalami Ratih dan Jeno kemudian berlari menuju Jini yang sudah menunggu nya di depan rumah.

Juni mengegas motornya dengan kecepatan penuh. Melewati setiap kendaraan di samping nya. Seperti layak nya sedang bapalan motor, Juni berusaha menyalip motor Ninja merah yang memiliki  kecepatan sama dengan motornya.

Setelah berhasil mensejajarkan motor nya dengan motor ninja merah, Juni sempat melirik si pengemudi dan ternyata itu adalah Sakti. Bibir nya bergelatuk saat Sakti menambah kecepatan motornya.

Juni tak mau kalah. Dia menyusul Sakti dan menghiraukan kendaraan lain.

Setelah sampai di depan gerbang sekolah. Sakti menghentikan motornya di susul dengan Juni. Terlihat gerbang sekolah sudah tertutup dengan rapat.

Mereka berdua turun dari motor dan membuka helm nya. Sakti melirik Juni tak suka.

"Lo gila ya!" ucap Sakti sinis.

Juni melirik heran. "Apa?"

"Ngapain Lo kebut - kebut an di jalan raya? Mau cari mati Lo?!" serkah Sakti.

"Lah. Lo juga ngebut tadi. Ngapain Lo marah sama Gue." ucap Juni yang masih setia berdiri di samping motornya.

"Lo cewek Juni."

"Kenapa kalo Gue cewek?" Tanya Juni.

Sakti tidak membalas pertanyaan Juni dan memalingkan wajah nya. Dia membentak Juni karena merasa khawatir. Takut Juni kenapa - napa.

"Kalian berdua! Kemari!"

Teriakan itu berasal dari dalam gerbang. Bu Imas terlihat berkacak pinggang disana dengan tatapan yang begitu horor. Tidak salah dia terpilih menjadi guru kesiswaan karena dia menjadi guru yang paling di segani oleh para muris Trisuaka.

Sakti dan Juni menghampiri gerbang sambil menuntun motornya masing - masing.

"Kalian tau ini jam berapa?" tanya Bu imas yang masih berkacak pinggang.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang