Seseorang dengan pakaian serba hitam sedang duduk santai pada kursi goyang yang di gerakkan dengan santai dan tenang.
Pada wajah pria itu terdapat luka kering bagian kening sampai pipi, seperti terkena benda tajam.
Di tangannya terdapat sebuah rokok yang hampir habis terbakar api. Matanya terpejam namun bukan tidur, ia terus melayangkan senyum kepada dua orang pria yang berdiri tak jauh darinya.
"Kerja bagus. Mulai hari ini dan seterusnya kehidupan keluarga Wiguna tidak akan pernah tenang selama aku masih hidup."
Perkataanya begitu dalam dan memperingati. Dua orang yang berdiri itu saling menukar senyum karena telah berhasil melaksanakan tugasnya untuk meneror Sakti.
"Cukup sudah Saya membiarkan mereka tetap harmonis dan penuh dengan kebahagiaan. Sudah saatnya permainan yang sesungguhnya dimulai,"
*Kemanapun mereka pergi, bayangan Saya akan terus mengikuti. Membuat mereka takut dan semakin tertekan."
"Semua rasa sakitku akan segera terbalas, perlahan-lahan."
Pria itu membuang puntung rokok ke sembarang arah lalu membuka matanya dengan pasti.
"Kalian boleh pergi. Karena nanti akan ada tugas yang lebih seru dari kemarin."
"Baik tuan."
Kedua algojo itu pergi meninggalkan si pria sendiri di dalam ruangan yang penuh dengan bercakan darah. Terdapat foto keluarga Sakti berukuran besar di dinding yang terselip dengan foto-foto lainnya. Semua foto itu terdapat tanda silang darah, kecuali pada foto keluarga Sakti.
Pria itu terbangun dan berjalan menuju foto itu dan mengeluarkan pisau di saku belakangnya.
Dia menggores telapak tangannya sendiri, membiarkan darah segar keluar dengan deras. Lalu ia mengambil darah itu dan membuat tanda silang pada wajah Sakti, ia tersenyum.
"Selanjutnya, gilirannmu,"
___
Hari Senin kali ini, Mira dibuat cemas karena belum mendapatkan petunjuk tentang Sakti. Semalaman ia tidak bisa tidur dan terus berdoa kepada Tuhan agar anaknya diberi keselamatan.
Seperti pagi ini, Mira harus menemani Caca bermain dengan Bulbul pemberian Jeno. Mira berusaha mengumbar senyum agar Caca tidak terlihat khawatir.
Mereka bermain dan memberi makan Bulbul di taman belakang. Caca terlihat begitu senang memiliki mainan baru, dan Mira harus turut senang.
"Kamu dimana nak," ucap Mira dalam hati.
Kepalanya berdenyut tak berhenti mencemaskan keadaan Sakti. Ia berharap Wiguna segera pulang dari Tokyo agar bisa mencari keberadaan anaknya.
Mira sudah melaporkan kasus ini kepada polisi tadi malam, meskipun belum satu kali 24 jam, Mira tetap memaksa agar kasusnya segera di tangani.
"IBU MIRA."
Itu suara mqng Jojo , satpam di rumahnya. Ia terlihat panik saat meneriaki majikannya dari kejauhan.
Mira ikut panik melihat mang Jojo seperti itu, ia berdiri dan segera menghampirinya.
"Bunda tinggal dulu sebentar ya,"
Caca mengangguk dan meneruskan bermain dengan Bulbul.
Mira menghampiri satpamnya yang berdiri teras belakang rumah.
"Ada apa? Kenapa teriak-teriak manggil saya?" Tanya Mira.
"Itu.. Anu.. Saya lihat Den Sakti ada di depan pagar rumah, sepertinya Dia tertidur semalaman disana."
"SAKTI?"
Mira dengan tergesa berlari menuju depan rumah di ikuti dengan mang Jojo. Dia begitu bahagia mendengar anaknya sudah kembali.
Terlihat Sakti sedang tertidur dan bersandar pada tembok samping pagar rumahnya.
Mira terkejut melihat kondisi anaknya yang begitu memprihatinkan, ia segera menghampiri Sakti dan menyentuh pipi lebamnya.
"Sakti? Ini Bunda," panggil Mira dengan gemetar, ia tiga sanggup melihat luka di sekujur tubuh Sakti.
Tidak ada jawaban dari Sakti, ia terus memejamkan matanya dengan rapat. Badannya kaku dan lemas, membuat Mira panik setengah mati.
"Sakti, bangun sayang, apa yang telah terjadi sama kamu?"
"Bunda ada disini, sekarang buka matamu, Nak."
"Sayang?"
"Bangun.."
Mira tak kuasa menahan tangis karena Sakti tak kunjung sadar. Hatinya merasa tersayat melihat anak sendiri dalam keadaan mengenaskan.
Mang Jojo dan kedua ART-nya, hanya bisa memperhatikan dengan kasihan. Mereka tidak tega melihat majikannya sedang memiliki banyak masalah.
"Panggilkan supir dan segera bawa mobil kesini, Saya akan bawa Sakti ke rumah sakit.."
Mang Jojo mengangguk patuh kemudian berlari menuju garasi untuk memanggil pak Wawan, supir di rumah Mira.
Setelah mobil keluar dari gerbang, Mang Jojo dan pak Wawan mengangkat tubuh Sakti dan membawanya kedalam mobil, di ikuti Mira di belakangnya.
"Tolong jagain Caca ya, kalo ada apa-apa, telfon saya." Ujar Mira kepada dua ART yang menyaksikan dalam diam.
"Baik Bu,"
Setelah itu, mobil berlalu dan membawa Sakti ke rumah Sakit terdekat. Mira berharap Sakti akan baik-baik saja.
Didalam mobil, Mira mendapat telfon dari nomor yang tidak ia kenal.
"Baru satu. Kira-kira siapa yang akan menjadi incaran saya selanjutnya?"
___
To Be Continue
JUNIJANU BAGIAN 44
Juni Maharani
Sakti Janu Namaan
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...