83 - Kangen

370 15 0
                                    

Dengan langkah terburu-buru, Dea dan Anya memasuki ruang rawat Juni Maharani. Setelah pulang dari sekolah, mereka langsung menuju rumah sakit untuk menengok Juni yang kedapatan tidak masuk kelas. Dan saat Jeno memberitahu keadaan Juni, tanpa menunggu lama, Dea dan Anya langsung tancap gas dan menemui sahabatnya itu.

Sesampai disana, mereka melihat Juni sedang berbincang dengan Jeno, sang kakak. Selang infus dan alat bantu pernapasan terpasang di tubuh Juni, pasti tidak enak rasanya, gerak pun tak bisa bebas.

"Juni, lo kenapa? Kok bisa dirawat sih?" Tanya Anya setiba didekat Juni. Diwajahnya tergambar rasa khawatir dan cemas.

"Ya karena sakit lah," timpal Jeno.

"Iya tahu, tapi maksud gue tuh sakit apa gitu,"

"Tadi gak gitu deh nanyanya,"

"Ih kok bang Jeno jadi ngeselin sih! Baru juga dateng udah ngajak ribut," ujar Anya cemberut, memanyunkan bibirnya.

Juni dan Dea terkekeh geli melihat pemandangan didepannya, Jeno memang suka bercanda dengan teman-teman Juni, makanya siapapun yang dekat dengan Juni, pasti dekat pula dengan Jeno.

"Udah-udah, Abang keluar sana deh, jangan ganggu temen-temen Juni," pinta Juni secara terang-terangan.

"Ih gak mau, abang maunya disini," kekeuh Jeno yang setia duduk dikursi sebelah Juni.

"Sana kali bang, sekarang tuh waktunya cewek-cewek," ucap Dea didepannya.

Jeno menggelengkan kepala seperti anak kecil, membuat yang melihatnya begitu gemas dengan tingkah Jeno yang gelay.

"Yaudah lah, biarin. Kacangin aja bang Jeno, anggap gak ada cowok disini," ujar Dea yang mendapat anggukan dari kedua temannya.

"Kondisi lo gimana sekarang?" Tanya Dea.

"Udah mendingan, gak pusing kayak kemarin,"

"Syukur deh. Kaget banget pas denger lo masuk rumah sakit, pantes aja chat gue gak dibales bales,"

"Handphone gue-nya aja gak ada, ketinggalan di mobil Sakti," tutur Juni.

"Hah! Kok bisa?" ucap Anya kaget.

"Ceritanya panjang,"

"Penasaran tau,"

"Nanti gue ceritain,"

"Sekarang aja," pinta Anya tidak sabaran.

"Juni lagi sakit bahlul! Jangan dipaksa cerita dulu napa," timpal Dea kepada Anya.

"Hm, yaudah." Anya cemberut merasa kecewa.

"Manyun aja manyun sampe tuh bibir nyampe ke Paris!" Ujar Dea geram.

"Ih Dea jahat sama Anya!"

"Ih dii jihit simi inyi," ledek Jeno menye-menye, membuat ketiga wanita meliriknya.

"Abang!" Pekik Juni terhadap Jeno.

"Apa?" Tanya Jeno polos.

Juni melayangkan raut wajah tidak suka kepada Jeno yang terus menganggu obrolan bersama kedua temannya. Jika terus diladeni, Jeno akan semakin menjadi, makanya Juni hanya melihatnya dengan tatapan siap membunuh.

"Eh, si Sakti sama dua curutnya juga gak masuk tadi, pada kemana ya mereka," ucap Anya mengalihkan pembicaraan.

"Cowok mah palingan juga bolos," timpal Dea.

Juni terdiam mengingat Sakti yang dibawa tiga pria beberapa hari yang lalu, Juni sangat penasaran bagaimana keadaannya sekarang. Apakah Sakti baik-baik saja atau tidak, apakah Sakti sudah kembali atau tidak. Banyak pertanyaan yang ingin Juni tau namun kepada siapa ia bertanya.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang