"Ga.. Galang?"
Juni bergumam saat melihat pemandangan di depan nya. Apakah sekarang Galang akan membencinya setelah kejadian kemarin di sekolah? Juni pantas mendapatkan itu, karena Dia dengan seenaknya menolak cinta di depan umum. Emang Juni siapa? Cantik juga tidak, bisa - bisa nya menolak Galang yang menjadi salah satu most wanted di sekolah.
"Diemin adek Gue biar gak nangis!" Ujar Sakti di samping Juni yang masih memaki helm.
"Kok Gue?"
"Liat tuh si curut dua, bukan nya bikin diem malah makin nangis adek Gue." Tunjuk Sakti kepada Galang dan Tama yang kelimpungan menenangkan Geisha.
"Nyusahin Lo!" Juni berdecak, lalu mengalihkan kue ke tangan Sakti dan menghampiri anak kecil yang sedang menangis.
Juni ikut terduduk dan mendekati Geisha yang sedang di pangku oleh Galang, Tangisan nya belum mereda.
"Kamu kenapa sayang? Kok nangis sih," Juni mengambil alih Geisha dari Galang. Dia mengelua rambut Geisha dengan lembut.
"Huaaaa pedass!"
Juni melirik ke arah Galang, "Ambilin minum,"
Galang hanya diam membisu dengan tatapan tak lepas dari Juni. Entah apa yang sedang di pikirkan nya.
Karena tidak ada sahutan, Juni beralih melirik Tama, "Tama, ambilin minum," Suruh nya.
"Oh, oke. Bentar," Tama langsung ngacir ke dapur untuk mengambil minum. Tak lama, Dia datang dengan segelas air putih dan memberikan nya kepada Juni.
"Nih," Juni mengambil air putih dari tangan Tama dan langsung di berikan keoada Geisha untuk meminumnya.
"Minum pelan - pelan ya," Geisha menurut dan meminum nya hingga tandas.
"Udah gak pedas kan?" Tanya Juni tenang. Geisha mengangguk seraya menghapus jejak air matanya. Kini ia sudah tidak menangis lagi.
"Dia kepedesan, bukan nya di kasih minum malah di takutin sama wajah serem kalian," ujar Juni kepada tiga lelaki yang sedang mengelilingi nya kini.
"Tau gitu mah, Gue kasih air aja se ember tadi, kelar dah urusan," seru Tama.
"Lagian kalian kasih apa sih sampe kepedesan gini?" Tanya Juni.
"Noh si Sakti kasih cabe di makanan nya Caca," jawab Tama menunjuk Sakti dengan dagu nya.
"Lo gila ya! Kakak macam apa Lo." Ujar Juni tak percaya.bisa - bisa nya Sakti kasih cabe ke adik nya yang masih kecil
"Kok jadi Gue yang di salahin! Caca nangis gara - gara si Galang tai mulut nya kayak ember," serkah Sakti membela diri.
"Salahin Gue aja terus! Aku mah apa atuh." Ujar Galang pura - pura sedih.
"Muka Lo, Lang. Muka Lo! Najis!" Seru Tama mengejek.
Juni memutar mata nya malas, Dia tidak bisa berlama - lama di rumah Sakti, mana ada Galang lagi, kan Juni agak canggung.
Juni tak henti mengelus rambut Geisha, tanpa sadar Geisha tertidur di pangkuan Juni. Juni jadi tak tega membangunkan nya, padahal Dia ingin segera bangkit dan pulang.
"Sstt, pelanin suara nya. Caca lagi tidur nih," Ujar Juni dengan nada rendah.
Galang yang sedang meminting leher Tama pun langsung duduk kembali semula.
"Btw, di rumah Sakti gak ada polisi kok Jun, jadi gausah takut kena tilang," Ucap Tama yang terkekeh melihat Juni. Matanya menunjuk nunjuk kepala Juni.
Sontak Juni memegang kepalanya. Sial, Dia lupa melepas helm nya. Juni meringis dalam hati merutuki kebodohan nya. Seharus nya sekarang Dia sudah kembali ke rumah untuk membaca novel , tapi Sakti malah membawa kedalam rumah mewah nya.
Juni memberi kode kepada Sakti dengan kepalanya untuk membawa Geisha kedalam kamar. Sepertinya Dia kelelahan sehabis menangis tadi.
Sakti yang mengerti langsung menggendong Geisha dan membawanya ke kamar untuk di tidurkan agar lebih nyaman.
Setelah Sakti kembali, Juni beranjak dan berniat pulang karena tugas nya sudah selesai.
"Gue pulang!" Ujar Juni tanpa menatap ketiga lelaki di hadapannya.
"Juni,"
Juni mengurungkan niat untuk melangkah, suara Galang menjadi penyebabnya. Juni memutar kepalanya patah - patah.
"Apa?" Tanya Juni hati - hati.
"Gue anterin yah," tawar Galang dengan tenang. Sakti dan Tama hanya menyaksikan dengan malas.
"Gu - Gue bawa motor kok, Lang. Gapapa, hhe," Ucap Juni sedikit gugup. Akibat kejadian kemarin, Juni jadi sedikit canggung dengan Galang.
"Kalo gitu bisa kita bicara? Empat mata. Gak lama kok,"
Juni diam sejenak seolah berpikir, Tak lama Juni mengangguk sebagai jawaban Iya.
Galang pun meraih tangan Juni dengan lembut, Juni tidak bisa menolak, sorot Galang begitu sayu.
"Gue pinjem taman belakang Lo ya, Sak," seru Galang melirik ke arah Sakti sebentar, lalu berlalu menggandeng tangan Juni.
"Kasian Galang, udah di tolak, masih aja mepet - mepet si Juni," gumam Tama geleng - geleng pelan.
"Hmm," seru Sakti merespon ucapan Tama.
"Btw, muka Lo tambah jelek aja Sak, pukulan si Galang bener - bener edun." Tama mengangkat kedua jempol nya di udara. Wajah Sakti oenuh memar sehabis di pukul Galang kemarin. Tapi Dia tidak marah atau balas dendam, karena tau Galang sedang dalam keadaan kacau.
"Bacot Lo babi! Gue pukul juga tuh muka Lo,"
"Becanda sayang,mwehehe," Tama merangkul Sakfi dan menoel dagu nya menggoda.
"Jangan sentuh - sentuh Gue, najis!" Sakti bergidik sambil menjauh dari Tama.
"Emang Gue Anjing apa, najis mugholadoh,"cibik Tama.
"Bukan anjing! Tapi babi!"
"Astagfirullah, punya temen kayak tai semua, sabar sabar," Ujar Tama mengelus dada.
"Dah lah, main PS yuk. biarin si Galang gak usah di ajak," Ujar Sakti melengos menuju kamar. Tama pun mengikuti nya dari belakang.
"Kemonn!"
🍏
Tbc
Mumpung di rumah orang kaya, foto dulu cekrek!
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...