2 TAHUN KEMUDIAN
Juni menikmati strawberry cheesecake pesanannya dengan penuh khidmat. Senyum itu terus mengembang sepanjang menyantap menu favorit barunya.
Rambut yang sudah memanjang sengaja ia gerai dengan jepitan bunga matahari yang menghiasi bagian kiri.
Dia baru saja menyelesaikan kelas setelah di cecar kuis yang tidak ada habisnya oleh dosen mata kuliahnya. Maka dari itu dia sangat menantikan waktu sekarang, bersantai dan mendinginkan kepala di sebuah Coffee shop.
Hari-harinya disibukkan menjadi mahasiswi akuntansi yang memasuki semester ketiga. Juni berusaha menghilangkan kenangan buruk dengan menjadi bagian anggota HIMA. Sebisa mungkin, sesulit apapun, jangan sampai dirinya mengingat nama yang selalu ia simpan rapih dalam benaknya beberapa tahun silam. Karena sejatinya, pemilik nama itu tidak akan pernah menyahut saat dipanggil, tidak akan muncul saat dirindukan. Tidak akan pernah.
"Sayang, enak banget ya kuenya, sampe aku dianggurin."
Juni melirik sang pacar disebrangnya yang menukik bibir kebawah, pura-pura bersedih.
Lelaki yang sudah menemani Juni sedari duduk di bangku SMA. Sosok yang selalu menelfon tengah malam karena lupa mengucapkan 'good night and sleep well my favorite creature'. Dia tidak pernah membiarkan Juni menangis setelah hari kematian Janu. Dan itu adalah sumpahnya yang ia ikrarkan diatas batu nisan sahabat semasa hidupnya.
"Ih sumpah kok aku baru tau sih ada cake seenak ini, yang. Padahal kan kita hampir tiap hari kesini, bisa-bisanya ya," seru Juni excited tak henti menggelengkan kepala setiap suapan cake masuk pada mulutnya.
"Kamu sih gak mau nyoba menu lain. Kalo udah suka satu, pasti ituuuu terus yang kamu pesen. Kayak kemarin-kemarin, tiap hari yang dipesen matcha, apa-apa matcha, emangnya gak bosen, yang?" Ujar si lelaki dengan jaket bomber berwarna army. "Tapi gak papa sih, aku suka, biasanya yang begitu tuh tipikal yang setia."
Memang benar, jika sudah menyukai sesuatu, Juni akan menggilai sampai tidak ada kata bosan. Sama hal dengan hatinya, dulu dia menyukai Janu, semasa SMA nya ia habiskan dengan menyimpan perasaan pada sosok yang tidak dapat ia miliki.
Tapi sekarang penghuni hati itu sudah berganti nama, meskipun susah payah menghapus bayang-bayang wajah yang mengisi pikiran, akhirnya dia berhasil dengan mengikhlaskan bahwa orang itu bersemayam dibalik pusara.
"Tapi matcha emang seenak itu sayaaang. I'm the number one fan of matcha."
"Apaan rasanya kayak rumput gitu,"
"Ih kamu mah ngomong gitu padahal gak pernah ngerasain matcha. Makanya kalo disuruh cobain tuh ya nurut, pasti kamu ketagihan ntar." Juni tak terima rasa favoritnya terkena matcha-shamming.
"Iya iya nanti aku cobain deh, demi kamu."
"Ah kamu mah omdo, janji doang, giliran aku sodorin matcha alasannya kenyang mulu. Bilang aja gak suka matcha."
Kekasih berparas tampan itu nampak tersenyum melihat Juni yang begitu menggemari matcha. Jika dia tiba-tiba merindukan seseorang, maka lelakinya akan menyodorkan berbagai makanan dengan rasa tersebut, tangisannya pun akan mereda.
"Enggak sayang. Nanti aku bener-bener cobain deh apapun yang rasanya matcha, janji!"
"Bener ya? Awas nanti kalo alesan lagi, aku cekokin kamu sampe perut kamu isinya matcha semua,"
"Iya iya janji sayang." Jawab lelaki yang setahun lalu menyatakan cinta kepada Juni. "Hari ini kamu jadi ada rapat HIMA?"
Juni yang masih asik dengan kuenya mengangguk tanda mengiyakan. "Iya, abis ini aku mau ke kampus lagi, kamu pulang duluan aja, gak usah nungguin, takut kelamaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...