Hai bumi,
Capek gak sih
liat aku yang gini gini ajaxxtxi23
🍏Juni memasuki kelas yang sudah mendapati Dea dan Anya di bangku nya.
Juni melirik sekilas kepada Sakti yang sibuk dengan rokok. Padahal bel masuk sebentar lagi berbunyi, dan dia tidak ada takut - takut nya jikalau ketauan.
Di lihat Sakti memakai seragam yang di belikan Juni. Sepertinya Sakti tidak menyadari kehadiran Juni di kelas, Juni jadi bingung, ucapan semalam Sakti itu benar atau hanya main - main.
"Juni, seragam lo kok kekuningan gini? Jadi bener kemarin Lo di siram air kencing? Wah gila!" cerocos Anya ketika Juni menduduki kursi nya.
"Bisa santai gak ngomong nya?" jengah Juni.
"Gak bisa Juni! Lo itu kena bully. Kita sebagai sahabat Lo gak terima lah!" Seraya Anya dengan nada tinggi, membuat siswa yang berada dapat mendengar nya, termasuk Sakti dan Adilla yang duduk di belakang Juni.
"Udah lah lupain aja. Gue juga udah gapapa kok."
Juni berusaha tidak mengungkit kejadian kemarin bersama Adilla. Dia tidak benci ataupun dendam terhadap Adilla, justru Juni merasa bersalah karena tidak langsung telah menyakiti hati nya.
"Bilang sama kita, siapa yang bully Lo kemarin." Tanya Dea.
"Mmm.. Itu, anu..."
"Sakti, pulang sekolah anter Gue beli sepatu ya. Yang ini udah jelek."
Ucapan Juni terpotong karena suara Adilla yang meneriaki Sakti dari jauh. Juni tau, sebenarnya Adilla sedang mengalihkan perhatian nya.
"Siap Bu bos!" Balas Sakti dengan nada sama seperti Adilla.
Juni hanya memutar bola matanya malas. Sakti sepertinya hanya mengerjai nya saja semalam. Buktinya, sekarang Dia terlihat acuh seperti tidak pernah terjadi apa - apa.
"Juni! Lo belum jawab pertanyaan Gue." Dea menyadarkan Juni yang sempat melamun.
"Gue kemarin gak di bully. Sumpah! Kalian tuh bikin kesimpulan seenak nya. Jelas - jelas, kemarin Asma Gue kambuh, terus Gue kepeleset saking panik nya. Terus pingsan deh. Suer!" Tutur Juni bohong. Namun, Dea dan Anya mengangguk paham seolah percaya dengan ucapan Juni.
"Terus kenapa baju Lo ada bekas kuning gini?" Tanya Anya yang masih penasaran.
"Sebelum Gue cuci semalem Gue rendem dulu, sampe ketumpahan kaos nya bang Jeno. Gue marah, tapi Gue juga salah main masukin ke cucian nya bang Jeno."
Dea dan Anya hanya ber Oh ria. Kini mereka percaya kalau Juni tidak terkena bully, melainkan Asma nya kumat.
"Eh eh, pak Didi datang! Pak Didi datang!" Suara Galang yang berlari dari arah luar kelas membuat para siswa merapihkan duduk nya, seolah - olah mereka murid yang teladan.
Sakti mematikan puntung rokok lalu menginjak dengan sepatu nya. Dia mulai mengeluarkan buku dari dalam tas nya bersamaan pak Didi masuk ke dalam kelas.
🍏
"Bro. Bentar lagi Gue mau nembak si Juni."
Galang berbisik pelan ke telinga Sakti yang sibuk dengan bukunya. Di depan pak Didi sedang menulis di papan tulis.
Keheningan kelas membuat Galang berhati - hati ketika berucap.
Sakti seketika menghentikan aksi menulis nya. Dia baru ingat, semalam Dia juga baru menembak Juni. Sial.
"Yaudah. Tembak aja sana. Ngapain ngomong ke Gue." suara Sakti mengundang perhatian pak Didi karena tidak mengontrol nada suaranya.
Mata pak Didi menyorot ke seluruh penjuru kelas, mencari siapa yang barusan bicara. Terlihat Galang dan Sakti pura - pura mencatat dengan fokus. Setelah pak Didi melanjutkan menulis, mereka bernafas lega.
"Pelanin dikit kek kalo ngomong, elah." Galang kembali melanjutkan obrolannya.
"Lupa Gue."
"Lo serius mau nembak tuh cewek?" Tanya Sakti.
"Serius lah! Mas Galang gak pernah main - main soal cewek." bisik Galang dramatis.
"Baguslah. Gue dukung Lo." Sakti menepuk pundak Galang bangga.
"Eh, kalian lagi ngomong apaan?" Tama menoel- noel kedua teman nya dari belakang.
"Kepo Lo!" seru Galang dan Sakti bersamaan.
"Ih jahad kalian main rahasia rahasia an."
"Emang Lo siapa kita?" Tanya Galang.
"Sahabat." Jawab Tama berseri.
"Gue gak inget punya sahabat kayak Lo." Ujar Sakti datar.
"Gue Juga."
"Astagfirullah. Sabar Tama sabar. Orang sabar mukanya makin ganteng. Amin." Ucap Tama menyabarkan dirinya.
"SAKTI! GALANG! NGAPAIN KALIAN MENGHADAP KE BELAKANG?"
"Mampus! Gue gak di sebut huhuy!" Tama berseru pelan menyumpahi kedua teman nya yang sedang kena omelan pak Didi.
"TAMA! KAMU JUGA!"
🍏
wididit wididit
juni numpang lewat.
kira - kira juni di php in gak sama sakti.
reading next capter yo.
Gaada yang naksir Tama?
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...