5 - Rumah Sakti

1.4K 192 22
                                    


Hari Minggu adalah hari dimana semua orang bersenang senang. Keluar dari rumah untuk melakukan refreshing dan melupakan masalah pelajaran sekolah sejenak.


Satu hari dalam seminggu yang di manfaatkan sebaik mungkin oleh para pelajar, ada yang pergi liburan, ada yang kencan dengan sang pacar, ada yang pdkt dengan gebetan, ada yng pergi jalan jalan bersama teman, ada juga yang menghabiskan waktu dengan keluarga.

Tapi tidak dengan Juni Maharani.

Hari Minggu ia jadikan sebagai hari hibernasi, yaitu tidur sepanjang hari.

Seperti saat ini, jam sudah menunjukan Satu siang tapi ia masih bergelut dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, jika orang yang tidak tau kebiasaan Juni melihat pemandangan seperti ini, ia pasti akan menganggap orang dalam selimut itu adalah mayat.

Baginya, lebih baik hidup di dalam mimpi dari pada menjalani kenyataan yang tak tentu arah.

Sampai akhirnya seseorang masuk kedalam kamar Juni . Dia menghela nafas gusar melihat keadaan kamar Juni yang begitu berantakan.

Dia meraih satu persatu novel yang berserakan dimana mana lalu meletakan ke rak buku di samping meja belajar. Dia memungut sampah Snack dan membereskan kekacauan seorang diri.

Dia sudah tau kebiasaan Juni, beribu ribu kali menasehatinya tidak akan membuat Juni sadar sebelum Juni terkena azab dan merutuki perbuatannya.

Setelah itu, dia menghampiri Juni yang tertutup oleh selimut, duduk di sisi ranjang . Sesaat dia menghela nafas dalam sebelum ia mengeluarkan suara.

Dia menggoyangkan tubuh Juni dengan kasar."DEK, BANGUN ADA TSUNAMI, CEPET KITA LARI SELAMETIN DIRI, TSUNAMI DEK TSUNAMI YA ALLAH, BENCANA ALAM DEK CEPATAN BANGUN RUMAH KITA TENGGELAM ALLOHUAKBAR."

Krik krik

krik krik

Tiba tiba suara jangkrik terdengar di penjuru kamar.

Juni menyembulkan kepalanya dari dalam selimut dengan mata yang masih terpejam."Berisik!"

"Gak takut ada tsunami?"

"Plis deh, Abang berapa kali pake cara itu buat bangunin Juni. Abang kira Juni bakal kaget terus salto karna panik gitu?" Juni mengucek matanya malas. "Juni masih mau tidur bang."

"Eits, gaboleh! Ini udah tengah bolong Adek pemalas! Dikira tidur terus itu baik buat kesehatan apa? Sekarang bangun terus mandi, sholat, habis itu jemput bunda di rumah teman nya."

"Ih kenapa harus Juni? Abang aja yang jemput bunda sana." Juni menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan beranjak dari kasur. "Juni sibuk."

"Sibuk apa? Sibuk baca tulisan gak jelas?"

"Namanya novel bang bukan tulisan ga jelas!" Kesal Juni mencibirkan bibirnya.

Jeno - Abang Juni memang tidak suka melihat adiknya itu terobsesi dengan novel sampai sampai bisa lupa dengan sekitarnya, menghiraukan tugas tugas nya.

"Lagian novel doang yang dibaca tapi buku pelajaran gak pernah di buka. Heran Abang! Kapan sih kebiasaan kamu berubah?" Dengan gemas Jeno mengacak rambut Juni.

"Au ah! Juni mau mandi, Abang sana keluar."

"Jangan lupa jemput bunda, nanti alamat nya Abang kirim."

"Iya bawel!"

"Yaudah kalo gitu Abang mau jalan jalan dulu sama pacar. Dadah Juni." Teriak Jeno sambil melengos keluar kamar.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang