39 - Tragedi

494 40 3
                                    

"JUNIII..."

Seisi penjuru Rumah dibuat terkejut dengan teriakan Jeno. Ratih yang sedang bersiap-siap untuk keluar rumah, berlari ke dengan panik kearah sumber suara.

Dirumah hanya ada Ratih dan kedua anaknya. Teman-teman Juni sudah pulang dari menginapnya sekitar jam 6 pagi. Setelah kepulangan temannya, Juni kembali melanjutkan tidurnya dan kebablasan sampai sekarang menunjukan pukul 10.

Ratih melihat Jeno sedang berada diruang tengah, dimana kandang kucingnya berada.

"Ada apa  sayang? Kenapa kamu teriak-teriak?"

Jeno tidak menjawab, Dia memperlihatkan kucingnya kepada Ratih sebagai jawaban.

Ratih terkejut karena melihat kondisi Bulbul yang mengenaskan. Seluruh bulunya dipenuhi dengan ikatan rambut yang terbuat dari karet, tidak ada satupun bulu yang tertinggal. Jeno pasti akan kesulitan untuk melepasnya satu-satu karena ikatannya yang cukup kuat. Belum lagi, wajah Bulbul dipoles sedemikian rupa dengan sebuah lipstik, membuatnya terlihat menyeramkan. Ditambah, terdapat tulisan pada kandang Bulbul, yaitu "BULBUL CANGTIP" dengan sebuah spidol.

Tanpa menebaknya, Jeno sudah tau siapa pelaku dari semua ini.

"Ya ampun! Bulbul kenapa? Kok jadi seram seperti itu." Tanya Ratih terkejut.

"Ini semua pasti kelakuan anak perempuan Bunda. Gak ada akhlak banget tuh orang! Masa Bulbul dianiaya kayak gini." Ujar Jeno geram.

"Kalian pasti habis bertengkar kan? Karena di setiap pertengkaran kalian, Bulbul yang selalu menjadi korbannya. Sekarang apa lagi yang di ributkan?" Cerocos Ratih.

"Jeno gak ribut kok sama Juni. Dianya aja nyari masalah. Bunda harus hukum Juni, ini keterlaluan!"

"Gak mungkin! Kamu pasti udah buat Adikmu itu marah, iya kan? Kalau tidak, mana mungkin Dia menganiaya Bulbul seperti ini."

"Bunda gak percaya sama Jeno?"

"Enggak!"

"Bundaaa.." rengek Jeno seperti anak kecil.

Dipangkuannya, Bulbul terlihat murung dan tidak banyak bergerak, mungkin akibat ikatan rambut yang membuatnya kesakitan.

"Bunda mau panggil pemadam kebakaran." Ucap Ratih.

"Mau ngapain Bunda?"

"Minta pertolongan buat Bulbul,"

"Kenapa harus pemadam kebakaran? Bawa aja ke dokter hewan."

"Bunda gak bisa bawa Bulbul ke dokter hewan sekarang, Bunda mau ada arisan sama teman-teman. Jadi, biar petugas pemadam yang ngurus Bulbul." Terang Ratih.

Jeno mengerucutkan bibirnya sedikit kecewa karena akan ditinggal berdua dengan kucingnya. Padahal Bulbul sedang sakit dan butuh kasih sayang dari Bunda sekarang.

Meskipun Jeno sudah berumur 21 tahun, ia tidak malu dengan hobi merawat kucing, bahkan Jeno begitu menyayangi semua jenis kucing di dunia.

"Bunda lebih milih arisan daripada Bulbul?"

"Bukan begitu sayang. Kalau Bunda gak ikut Arisan, nanti gak enak sama teman-teman Bunda. Lagian, Bunda jarang ngumpul karena sibuk sama Toko Kue, cuma dihari Minggu ada waktu senggang. Jadi.. gak apa-apa kan sayang?"

Jeno jadi merasa bersalah karena tidak memikirkan tentang Ratih, dan hanya memikirkan kucingnya. Ratih sudah terlalu sibuk dengan bisnis Kuenya, ia tidak memiliki banyak waktu untuk bersenang-senang, dan hari Minggu adalah waktu yang tepat untuk itu. Ratih juga butuh istirahat dan menenangkan diri, tidak melulu soal pekerjaan.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang