Dengan langkah yang berat, Sakti berjalan menyusuri koridor sekolah yang terlihat masih lengang. Ia memutuskan sekolah setelah pulang dari rumah sakit semalam. Kepalanya berdenyut memikirkan masalah yang begitu banyak dan memusingkannya.
Terutama Mira yang belum juga ketemu, Sakti tidak berhenti mencemaskan bundanya itu. Kabar yang dibawa oleh Wiguna kemarin sangat membuatnya jatuh sejatuh jatuhnya, seperti tidak lagi punya tujuan hidup, begitu pula dengan kehilangan orang yang ia cintai, entah bagaimana kabarnya saat ini.
Wiguna sudah melakukan segala cara untuk menemukan posisi Mira, dan akhirnya ditemukan jejak digital oleh polisi dan langsung menyusun rencana tanpa sepengetahuan Sakti yang diharuskan fokus untuk belajar. Meskipun begitu, Sakti menuruti keinginan Wiguna pergi sekolah dengan perasaan yang tidak tentu bentuknya. Kondisi Sakti sudah membaik setelah pulang dari rumah sakit, bahkan semenjak tahu kalau Mira hilang, ia terus meminta pulang dan ingin mencari orang tersayangnya itu.
Saat sampai di ambang pintu kelas, ia berhenti melangkah dan mengedarkan pandangan setiap sudut ruangan yang sudah terdapat beberapa murid didalamnya. Begitupun dengan Juni, ia sudah kembali sekolah dan sekarang terlihat fokus membaca sebuah novel di mejanya.
Tatapannya berhenti di satu titik, dimana terdapat Tama yang sedang bermain Tiktok bersama Revan. Seketika wajahnya memanas, dadanya terbakar dan emosinya memuncak. Bisa-bisanya dia bersenang-senang setelah menciptakan kehancuran pada keluarga Sakti, bisa-bisanya dia bersikap normal seolah tidak pernah melakukan hal keji dan menutupi kesalahannya.
OPPA TAK BERDAYA DIBUTAKAN CINTA
AIGOO.. AIGOO NOONA..Tama dan Revan begitu fokus membuat sebuah video dengan lagu yang sedang hits kala itu, pada bagian kepalanya terdapat celana olahraga yang dipakai terbalik di kening serta tangannya memegang sapu sebagai mic. Sakti sangat muak dengan kepolosan yang dibuat Tama sampai tidak ada yang menyangka kalau dia adalah seorang penjahat berwajah dingin. Jika kabar itu gempar disekolah, pasti tidak akan ada yang berani mendekatinya lagi.
Tanpa menunggu lama, Sakti menghampiri Tama dan menarik dasinya dengan kasar, sontak seisi kelas mengarahkan pandangan pada dirinya, termasuk Juni, ia berhenti membaca dan terkejut dengan aksi Sakti yang tidak seperti biasanya.
"Aduh, apa-apaan sih kamu beb, kok gue di tarik-tarik gini,"
Sakti tidak percaya, Tama bersikap seolah tidak pernah melakukan dosa apapun dan dengan tenangnya membodohi semua orang kalau dia adalah teman Sakti yang begitu polos.
Sakti menarik Tama keluar kelas dan berhenti dibelakang sekolah, lalu ia melancarkan pukulan pada perut Tama hingga beberapa kali.
"Brengsek lo!" Umpat Sakti pada pukulan terakhirnya.
Tama berusaha tenang dan tidak mau terpancing emosi oleh Sakti. Ia melepaskan celana olahraga yang terpasang di kepalanya lalu membuangnya secara kasar. Lalu ia menatap Sakti dengan tatapan tidak suka, bibirnya tersenyum mengejek dan tangannya berlipat dada.
"Hebat juga lo bisa kabur dari tempat neraka. Padahal gue belum main-main sama lo, gak asik lo ah," ujar Tama yang membuat Sakti meludah sembarangan.
"Dimana nyokap gue? pasti lo dan monster itu kan pelakunya, " ucap Sakti memegang kerah baju Tama.
"Ayah gue bukan monster brengsek!"
Tama melepaskan cekalan Sakti dalam satu tarikan. Ia merasa tersulut api kemarahan dan membuatnya tidak lagi santai.
"Ayah lo itu monster, dan lo juga monster! Bisa-bisanya lo tenang setelah apa yang lo lakuin sama keluarga gue, bener-bener gak punya urat waras!"
"Apa? Lo ngatain gue? Hahaha gue emang gak waras, dan lo gak nyadar ditipu oleh orang gila kayak gue, bego ya Lo." Desis Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...