Malam ini orangtua Sakti akan berangkat menemui anaknya dirumah sakit, mereka sudah tidak sabar melihat kondisi anaknya. Selma Mira dan Wiguna tidak ada, Galang dan Tama lah yang setia menjaga sakti di rumah sakit.
Mira dan Wiguna berjalan menyusuri koridor rumah sakit bersama dengan Caca yang di gendong sang ayah.
Saat masuk ruang rawat Sakti, mereka mendapati anaknya sedang tertidur bersama Galang dan Tama. Mereka semua tertidur pulas dengan posisi Galang disebelah kiri ranjang dan Tama disebelah kanannya. Mereka berdua tertidur dengan duduk dikursi.
"Abang!"
Suara Caca yang memanggil Sakti tidak membuat semuanya terbangun, sepertinya mereka begitu lelah, Wiguna jadi tidak enak kepada teman Sakti.
Lalu Wiguna menurunkan Caca dari pangkuannya dan membiarkan berlari kearah Sakti.
"Kasihan mereka, pasti lelah menjaga Sakti dari siang." Celetuk Mira pelan, berusaha tidak membangunkan.
"Iya, mereka pasti teman baik Sakti kan?" Tanya Wiguna yang mengambil tempat duduk di sofa yang telah disediakan.
"Iya Mas, mereka bertiga selalu pergi bersama-sama, bahkan kedua temannya ini sudah aku anggap seperti anak sendiri." Ujar Mira yang ikut duduk disebelah Wiguna, bersama menyaksikan pemandangan yang begitu mendamaikan didepannya.
Ia melihat Caca sedang menekan pipi Sakti dengan telunjuknya, Caca merindukan kakaknya ini semenjak ia ditinggal sendiri didalam mobil oleh Sakti.
"Abang... Bangun," Caca tidak berhenti menekan, menjawil dan menoel-noel pipi sang kakak dengan gemas. Ia harus sedikit berjinjit karena tidak sampai melihat Sakti.
"Caca,Abang lagi bobo. Jangan di ganggu ya. Sama ayah sini," panggil Wiguna kepada Caca, namun ucapannya itu tidak Caca dengar.
Caca tetap berusaha membangunkan Sakti yang terlelap tisur, padahal ini baru jam 8 malam, tapi ke-tiga orang ini sudah tertidur pulas.
"Gak mau," tolak Caca dan terus melakukan aksinya, sesekali ia melompat untuk melihat wajah Sakti dengan jelas dengan tangannya yang menoel-noel pipi yang terdapat lesung pipit itu.
"Caca emang dekat sekali dengan Abangnya, Aku sering menyuruh Sakti buat jaga Caca setiap kali ada urusan keluar rumah," ujar Mira.
"Aku senang liat mereka sedekat itu," timpal Wiguna tersenyum.
Terlihat Caca masih mengganggu Sakti yang tertidur meskipun tidak lagi bersuara. Tangannya tidak berhenti menyentuh wajah Sakti.
Sakti yang merasa terganggu akhirnya membukakan matanya, ia melihat Caca yang berdiri di samping ranjangnya. Caca begitu senang melihat Sakti sudah menyadari keberadaannya.
"Yeay! Bang Sakti bangun! Yeay yeay." Seru Caca riang sambil melompat-lompat.
"Caca?" Gumam Sakti lalu merubah posisi menjadi duduk.
Galang dan Tama yang meras terusik akhirnya ikut bangun juga dan mendapati orangtua Sakti sedang duduk di sofa. Merekapun bangkit lalu menyalami Mira dan Wiguna.
"Awas jatuh," ujar Sakti saat melihat Caca berusaha menaiki kursi.
Wiguna dengan sigap membantu Caca yang ingin menaiki ranjang untuk memeluk sang kakak.
Sakti langsung menerima pelukan Caca yang terduduk dipangkuannya. Sakti menyalami Wiguna terlebih dahulu lalu mengelus kepala Caca dengan lembut. Ia belum bisa berbicara dengan Ayahnya sekarang karena terhalang oleh Caca.
"Caca kangen ya sama Abangmu yang tampan ini?" Ucap Sakti ditengah pelukannya.
"Iya," jawab Caca dengan manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...