73 - Bayu Trian Hera

272 21 1
                                    

Bayu benar-benar membawa Juni ke rumah sakit, entah apa alasannya ia melakukan itu. Apa keuntungan baginya dan apa juga yang harapkan dari Juni. Padahal mereka tidak mengenal satu sama lain, ketemu pun baru dua kali ini.

Begitu sampai, Bayu merangkul Juni menuju ruang antri. Juni duduk di kursi tunggu selagi Bayu mengambil nomor antrian. Seketika Juni terpikir, mengapa Bayu sebegitu peduli kepada dirinya. Jika dia teman Jeno, itu tidak mungkin. Karena Juni hafal betul siapa-siapa teman Jeno.

Bayu duduk disebelah Juni setelah mendapat nomor antrian. Tidak ada percakapan, Bayu hanya menatap lurus ke depan dan menghiraukan Juni.

Dengan lemas, Juni tertunduk sambil memainkan kakinya akibat lama menunggu. Cukup lama mereka mengantri sampai-sampai Juni menguap beberapa kali. Sedangkan Bayu kini fokus dengan layar ponselnya, Juni sempat melirik dengan ekor mata dan terlihat Bayu sedang melakukan chatting bersama seseorang. Mungkin kekasihnya, pikir Juni.

"EMPAT PULUH SEMBILAN,"

"Ayo. Giliran kita,"

Setelah sekian lama menunggu akhirnya bisa masuk ruangan juga. Bayu membiarkan Juni melangkah di depannya dan mengawasi dari belakang.

Juni duduk di kursi yang disampingnya terdapat Dokter yang sedang mencatat sesuatu. Saat Dokter itu ia tersenyum kepada pasiennya. Dari nametag nya tertera nama 'Salma Puspita'.

"Kamu pasien yang saya periksa tadi ya? Cuman yang antar-nya beda lagi," Ujar dokter Salma yang mengingat wajah Juni saat di periksa bersama Sakti tadi.

Bayu melirik Juni dengan keheranan.

"Lo udah di periksa?" Tanya Bayu.

"Udah,"

"Kenapa gak bilang?"

"Lo gak nanya,"

Bayu menghela nafas pelan, dia tidak tersenyum, tidak pula marah, lebih tepatnya tidak berekspresi. Juni meneguk ludah merasa takut melihatnya.

"Terus sekarang gimana? Mau di periksa atau enggak?"

"Minta obat yang tadi aja, soalnya yang tadi ketinggalan di mobil Sakti." Ujar Juni sedikit malu.

"Tidak apa-apa, saya periksa lagi. Siapa tahu ada yang berubah." Ujar dokter Salma dengan ramah membuat ketegangan hilang sesaat.

Juni hanya mengangguk dan menurut, sedangkan Bayu setia menunggu dan berdiri dibelakang kursi Juni.

Dokter Salma melakukan pengecekan tekanan darah, memeriksa suhu tubuh dan warna mata. Setelah selesai, Dokter Salma menatap Juni dengan empati.

"Demamnya makin tinggi, jadi saya sarankan banyak istirahat di rumah. Saya akan buatkan resep obat seperti tadi."

Dokter Salma mengambil beberapa obat dan membuat resep. Juni meneguk ludah melihat obat yang begitu banyak didepannya. Juni memang termasuk orang yang susah makan obat, harus diingatkan baru mau makan, jika tidak dia selalu beralasan lupa, padahal dia malas saja memakannya.

"Kenapa obatnya banyak banget, Dok?" Tanya Bayu yang kebingungan melihat obat lebih dari lima macam.

"Ini sama obat Asma-nya sekalian. Juni punya riwayat penyakit itu dan akhir-akhir sering kambuh," terang dokter Salma.

"Oh,"

Hanya itu saja jawaban dari Bayu, tidak kurang tidak lebih.

"Jangan lupa diminum ya obatnya. Kalau dalam tiga hari belum ada perubahan, periksa lagi kesini, oke."

Juni menerima bingkisan obat itu dri tangan dokter Salma. Lalu Bayu mengambil dompet di celananya.

"Berapa semuanya?"

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang