Gapapa nga-yal
Asal jangan nga-rep.xxtxi23
🍏Dengan gusar Juni mengusap keringat di kening dengan punggung tangan nya. Keringat nya mengucur dengan deras di setiap lekukan wajah nya. Nafas nya terengah - engah tak beraturan.
Pelajaran olahraga kali ini sangat menguras energi. Tidak seperti biasa nya Juni seperti ini. Padahal dia hanya melakukan Lari 10 putaran dan Scout Jump sebanyak 30 kali.
Tubuh nya terduduk lemas di pinggir Lapangan. Dia melihat teman teman nya dari jauh, dengan kompak siswa melakukan Push Up dan menghitang nya se irama.
"9.. 10.. 11.. 12.. 13..."
Juni di perbolehkan beristirahat oleh Pak Budi karena terlihat tidak sanggup untuk melanjutkan.
Sebenarnya ini kesalahan Juni. Dia melewatkan jam makan obat yang seharus nya rutin di minum setiap hari. Apalagi ada pelajaran olahraga, Juni seharus nya tidak melupakan obat nya.
Juni tidak lupa, hanya saja dia malas setiap hari harus meminum obat yang begitu pahit. Dia bosan. Sampai kapan dia berhenti meminum benda itu.
Sejak kecil Juni memiliki Jantung yang lemah. Memang tidak terlalu parah, Namun jika di biarkan begitu saja bisa membahayakan nyawa nya.
Juni kerap mendapatkan Sesak nafas meskipun tidak terlalu sering terjadi. Jika Juni terus melawatkan minum Obat, bisa saja Sesak nafas nya akan sering muncul. Jantung nya juga akan mengalami kerusakan secara perlahan.
Juni berdiri berjalan meninggalkan Area lapangan dan pergi menuju belakang sekolah. Tidak ada apa - apa disana, Hanya saja Juni ingin menenangkan diri. Dia duduk di bawah pohon rindang dan menyandarkan tubuhnya. Matanya terpejam menelisik setiap yang menerpa nya. Sungguh damai dan tenang. Melupakan masalah nya sejenak dan menetralkan pikiran nya.
Nafas nya yang berat menghilang secara perlahan di gantingan dengan nafas yang normal dan tenang. Juni tersenyum lega.
"Kapan ya gue punya pacar ala telenovela yang sering gue baca." Juni bergumam dengan mata yang masih terpejam. "Tapi jangan yang sad ending, Gue gak suka ada adegan yang nangis - nangis."
"Sebenarnya, Sakti memenuhi kriteria yang aku mau sih. Tapi apa Sakti nya mau sama gue?" Juni terkekeh lirih. "Mana mungkin."
"Baru ngebayangin aja udah sebahagia ini. Apalagi kalo bener Sakti jadi pacar gue. Bah, bakal rajin shodaqoh gitu mah."
Juni terdiam sesaat lalu membuka matanya perlahan. "ASTAGFIRULLAHAL ADZIM." Juni kembali menutup matanya dengan kedua tangan. Dia sungguh terkejut melihat penampakan di depan nya.
"Pergi Lo setan jauh jauh. Gue janji gak bakal duduk disini lagi. Audzubillahiminas syaithon Nirrojim."
Sedangkan orang yang di hadapan Juni kini terkekeh geli melihat keterkejutn Juni. Salah dia karna meletakan wajah nya di depan wajah Juni dengan jarak 5 Senti Meter.
"Buka mata Lo." titah seseorang kepada Juni, "Gue bukan setan." Ujar nya tersenyum.
Juni memberanikan diri membuka mata nya perlahan. Nafas nya kembali memburu seperti saat di lapangan tadi. Kepalanya mendongkak melirik siapa yang dari tadi di hadapan nya.
"Lah, Sakti." ujar Juni terkejut, "Ngapain Lo disini."
Juni mendapati Sakti saat membuka mata pertama kali. Sakti terlihat duduk menyila menghadap Juni. Tatapan nya sama seperti biasa, Datar. Sakti langsung merubah ekspresi saat Juni membuka mata. Padahal sebelum itu dia tidak berhenti senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIJANU
Teen FictionBagi Juni, mencintai adalah kutukan. Dan patah hati adalah buah nya. Tuhan memang tidak selalu terlihat adil di hadapan ciptaannya. Dan kini, Juni sedang menagih keadilan itu. 🍏 🍏 🍏 Juni Maharani, siswi SMA Trisuaka yang menyukai seorang Sakti J...