14 - Ciuman

1.3K 120 11
                                    

Karna mencintai
Ada batas wajarnya.

xxtxi23
🍏

Juni membereskan buku dan mamasukan nya kedalam ransel berwarna kuning setelah pelajaran selesai. Para murid satu persatu meninggalkan kelas.

Saat Juni ingin menyampirkan ransel di punggung nya, Sakti datang dari arah belakang dan menarik tangan Juni secara paksa.

Juni berusaha melepaskan cekalan, Namun tenaganya kalah kuat dengan Sakti. Tubuh nya di giring menuju lapangan sekolah.

Setelah berada di tengah lapangan, Sakti melepaskan cekalan nya dan menatap Juni dengan horor. Sedangkan Juni membenarkan ransel nya yang tidak terpasang benar.

"Lo apa - apa an sih." bentak Juni sambil melihat tangan nya kemerahan.

"Lebih mending Gue bawa Lo dengan cara manusia. Gak kayak Lo yang nyeret orang kayak anjing bawa anak kucing."

Juni meneguk ludah. Seperti nya, kemarahan Sakti berasal dari kejadian tadi pagi. Juni tidak berniat untuk menyeret Sakti, tapi dia tidak sanggup membawa tubuh laki - laki seorang diri.

"Ya.. Ya maaf." lirih Juni pelan.

"Maksud Lo apa nyeret Gue kayak gitu? Gak ada cara lain apa?" tukas Sakti tersulut emosi.

"Siapa suruh Lo pingsan. Mana berat lagi. Coba kalo ringan, udah Gue lempar badan Lo ke UKS." ujar Juni dengan melipat kedua tangan nya di bawah dada.

Mata sakti semakin melotot mendengar ucapan Juni. "Omongan Lo ya, omongan Lo!" geram sakti sambil menunjuk muka Juni.

"Kenapa emang sama omongan Gue?"

"Terus maksud Lo bawa Gue kesini apa? Mau Gue seret lagi?" tanya Juni menjulingkan bola mata nya.

"Atau mau ngulang adegan tadi. Beda nya gue tendang pantat Lo sampe ke panggung konser BTS di Jepang."

Sakti melepas tas nya dan ia taruh di bawah. Lalu dia membuka seragam nya tanpa memperdulikan Juni yang mengoceh.

Sakti melemparkan seragam nya tepat pada wajah Juni yang membuat nya mendesis tak suka.

"Cuci seragam Gue sampe bersih. Gara - gara Lo nyeret Gue. Baju Gue jadi kotor." ujar Sakti.

Juni mengumpat dalam hati. Maunya, moment berdua dengan Sakti itu melakukan adegan romantis yang akan di abadikan dalam benak nya. Bukan seperti sekarang ini, beradu mulut tanpa ada yang mau mengalah.

Bukan nya menjawab. Juni malah memperhatikan tubuh Sakti yang memakai kaos hitam ketat. Sakti mengikuti arah pandang Juni dan menunduk melihat dada nya yang sedikit tercetak.

"Ngapain Lo liatin Gue? Gak pernah ya liat roti sobek Gue?" Tanya Sakti menyeringai.

Juni menggeleng tersadar.  "Dih, Apaan sih Lo!"

Juni membuang seragam Sakti begitu saja membuat sang pemilik terlihat menahan amarah yang sudah di ujung tanduk.

"Ambil seragam Lo. Gue gamau cuci tuh baju! Lo kira gue babu Lo apa."

"Gue gak mau tau. Lo harus cuci seragam Gue! Semua ini juga gara - gara Lo!"

"Nggak mau!"

"Cuci juni!"

"Enggak!"

"Cuci!

"Enggak Sakti! Gue gak mau!"

Sakti berdecak kesal menghadapi sikap Juni yang keras kepala.otak nya berputar untuk mencari cara lain.

"Mau apa Lo!"

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang