82 - Melepas Rasa

344 21 2
                                    

Sakti sudah berhasil dibawa ke rumah sakit setelah keluar dari dalam hutan yang begitu luas. Setelah di periksa, Sakti mengalami infeksi pada luka sayatan di sekujur tubuhnya, dan mengharuskan rawat inap untuk beberapa hari kedepan.

Galang dan Jeno setia menemani di depan ruangan, sedangkan Bayu sudah pergi setelah berhasil keluar dari hutan, dia menghilang tanpa sepatah katapun.

"Lo udah kasih tau orangtua tuh anak?" Tanya Jeno kepada Galang yang sedang bangku tunggu seraya sibuk dengan ponselnya.

"Gue nyoba telpon nyokap dia, tapi gak diangkat Mulu nih," geram Galang yang tak kunjung mendapat Jawaban dari Mira.

"Lagi sibuk kali,"

"Gak mungkin deh, tante Mira pasti lagi nungguin kabar tentang Sakti,"

"Yaudah, telpon bokapnya aja," saran Jeno.

"Waduh, gimana ya," Galang menggaruk-garuk kepalanya merasa bingung apakah harus menelpon Wiguna atau tidak.

"Gimananya yang gimana?"

"Kemarin tante Mira belum ngasih tau om Wiguna kalo Sakti hilang, dia takut om Wiguna banyak pikiran, soalnya perusahaan yang di Tokyo lagi ada masalah," terang Galang kepada Jeno yang berdiri menyandar pada tembok.

Jeno mengangguk paham, "Mungkin sekarang udah tau?"

"Gue-nya yang gak tau,"

"Terus siapa yang jaga tuh anak? Gue sih gak bisa soalnya lagi jaga Juni," tutur Jeno yang membuat Galang menengok kearahnya yang berdiri di sampingnya.

"Juni kenapa?" Tanya Galang penasaran.

"Dirawat juga sama. Dia lagi sakit,"

"Sakit apa?"

"Demam sama Asma. Di rumah sakit ini juga kok. Lo mau ikut gue kesana?" Tanya Jeno menyarankan Galang.

Galang berpikir sejenak, memangnya Juni siapanya? Apa harus ia menengok Juni dan melihat kondisinya. Galang tidak memiliki berhak untuk itu sekarang, semuanya sudah dirampas oleh Sakti, Galang mundur.

"Enggak deh kayaknya. Gue jaga si anak curut aja, ntar dia bangun gak ada siapa-siapa lagi," tolak Galang beralibi.

"Oh, jadi lo mending jaga tuh anak daripada ngasih tau om Wiguna?"

"Bukan gitu, gue bakal hubungin, tapi gak sekarang."

"Oke deh. Kalo gitu gue pamit mau ke ruang Agathe ya. Semoga tuh anak cepet sembuh," ujar Jeno berpamitan.

"Namanya Sakti Janu Namaan bukan tuh anak, dari tadi manggilnya tuh anak mulu dah," koreksi Galang.

"Lo juga tadi manggil curut!"

"Itu mah panggilan kesayangan,"

"Dih, gelay lo!"

"Gelay apaan?" Tanya Galang tidak tau.

"Lo kagak tau? Kudet!"

"Emang apaan sih? Gue penasaran," Galang terlihat penasaran apa yang dimaksud Jeno barusan.

"Cari aja di google, gue males jelasin."

"Yeuuu,"

"Dah lah, gue mau pergi gak jadi-jadi nih lo halangin terus," ujar Jeno merasa tertahan.

"Siapa juga yang halangin lo kutil badak!"

"Wah songong ya lo sama yang lebih tua. Minta maaf lo,"

"Ogah! Sana cepet pergi!"

Galang mendorong paksa Jeno dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Jeno merapihkan kaos yang dikenakan lalu menatap Galang dengan tenang.

"Assalamualaikum," pamit Jeno sambil menundukan badannya kedepan.

JUNIJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang