Jangan lupa untuk :
Vote
Comment
+ Readinglist
FollowHappy reading, Dear ♥
"Tiga jam? Performamu semakin menurun, Mr. Dirgantara."
"Kau menungguku?" Melvin masuk ke dalam kamar hottel tanpa menunggu dipersilahkan.
"As you know," jawabnya tidak menyangkal.
"Milan, Italia. Di kota utama negara itu kau pernah melakukan misi brutal pembantaian petinggi negara yang melakukan korupsi," Melvin duduk di sofa yang menghadap kaca besar dengan panorama kota Hongkong malam hari. "Dengan rekanmu seorang pria yang sekarang sedang bersembunyi karena menjadi buronan beberapa negara kau sukses besar menggemparkan Italia . Mrs. Rose, adalah nama samaranmu."
"Tidak sehebat dirimu."
Melvin tertawa menggelegar melihat seorang penembak jitu yang pernah dia selamatkan tersenyum manis dengan kimono tidurnya.
"Sekarang apa yang bisa aku dapatkan darimu Mrs. Rose? Ah tidak Mrs. Rossalia?"
"Kau terlalu cepat menyimpulkan pertemuan ini Mr. Dirgantara." Ucapnya dengan menuangkan wine digelas berkaki.
Melvin melepas satu kancing teratas kemeja putih gadingnya. "Bukankah memang itu tujuanmu menemuiku di pesta dan memberi undangan tidak resmi pertemuan ini?"
Rossalia mengambil beberapa foto dari laci meja di sudut ruangan lalu menaruhnya di depan Melvin. Senyum simpulnya terpatri kala Melvin menunjukan ketertarikannya pada lembar - lembar foto yang dia dapat.
"Kau sedang mencari bajingan itu? Aku bisa memberi tahumu dimana bajingan itu berada," Rossalia berdiri di depan kaca besar sembari membelakangi Melvin dan segelas wine ditangan kanannya.
"Walthon? Damn! Kapan kau mendapatkan foto - foto ini?!"
"Seminggu lalu dan foto yang ada ditangan kirimu itu aku mendapatkannya siang ini. Kau tidak bisa melacaknya bukan? Itu karena dia menghapus data dirinya sehingga kau tidak dapat menemukan apa pun."
Kaki panjang dengan balutan celana hitam pekat dan sepatu dengan warna senada Melvin naikkan ke atas meja kaca dihadapannya. Merasa senang sekaligus kesal karena orang yang dia cari dengan susah payah informasinya dia dapatkan dari seorang wanita. Apa yang dia lewatkan? Selama ini dia merasa sudah sangat teliti untuk mencari satu orang itu.
"Dimana dia?" Tanyanya dengan nada rendah dan mata dingin.
"Singapura. Dia berada di Singapura dengan penjagaan ketat orang - orang terlatih yang dia sewa. Kau bisa mencarinya dengan kata kunci Xavier Salim."
Jemari Melvin yang semula mengetuk sisi sofa dengan irama tertata akhirnya menekan tombol kecil di jam tangannya. "Kau dengar itu? Aku sangat payah dalam pengucapan nama," ujarnya ditujukan pada seseorang yang berada jauh berbeda benua.
Rossalia menoleh pada Melvin dan menyeringai kecil menyadari jika percakapannya sedang di dengarkan oleh orang lain.
"Aku ingin akses mudah untuk kemana pun aku pergi serta keamanan nyawaku terjamin hingga aku yang menginginkan kematian." Bayaran atau timbal balik yang dia inginkan dari Melvin. Tidak ada yang geratis di dunia ini.
"Sejujurnya aku lebih senang jika kau meminta pulau pribadi atau emas satu karung. Jaminan keselamatan nyawa dengan kau yang memutuskan kapan kematianmu? Ternyata ada wanita yang lebih gila dari asistenku."
"Akan aku pertimbangkan pulau dan emas yang kau sebut itu dilain waktu," Rossalia duduk disamping Melvin dan ikut menikmati keindahan gemerlap lampu kota.

KAMU SEDANG MEMBACA
MELVIN & AURELLIA
Romance•ROMANCE COMEDY• Jika hanya memandangmu berdosa maka aku siap untuk menjadi pendosa. -Aurellia Elena Dominic Kebahagiaanmu adalah prioritasku. Rindu dan luka ini biarkan menjadi urusanku. Aku tak pandai merangkai kata maka dari itu aku hanya dapat...