55

666 38 11
                                    

Jangan lupa untuk :
-Vote
-Comment
-Readinglist
-Follow

Happy reading, Dear♥






Hari ini adalah hari terakhir untuk Aurellia berada di Bali. Seperti apa yang dikatakan Aurellia sejak minggu lalu jika dirinya akan kembali ke Jakarta. Dan selama lima hari ini Aurellia menghabiskan waktu malamnya di club milik Melvin yang berjarak dengan waktu tempuh hanya sepuluh menit dari hotel tempat Aurellia menginap.

Ternyata godaan untuk menikmati hingar bingar ditempat itu tidak dapat Aurellia elak untuk melakukannya berulang kali. Lebih dari hanya malam itu, Aurellia tidak cukup hanya satu malam. Maka sejak itu setiap malam Aurellia mengunjungi club malam ini.

Dirinya tahu jika dia tidak bisa minum banyak, namun karena itu pula Aurellia ingin melewati batasan dirinya sendiri. Minum hingga pada dirinya berada di atas puncak dan tak sadarkan diri. Meskipun itu menyiksanya, Aurellia tidak ingin menghentikan kegilaan ini.

Club ini memang kandang setan dan wadah maksiat. Tapi satu hal yang dia yakini, dia akan aman disini, dia akan baik - baik saja disini. Keyakinannya memang terjadi. Setiap Aurellia bangun dari ketidak sadarannya dengan rasa pusing yang menghantamnya, dia selalu berada di dalam kamarnya. Kamar hotelnya. Tidak perlu teori ilmuwan dan ramalan orang tertentu, itu pasti karena anak buah Melvin yang selalu membuntutinya secara diam - diam.

"Apa yang kau lakukan?! Mabuk - mabukan di dalam clubku? Menghabiskan bergelas - gelas miras?" Tawa kekesalan Melvin menyusul, "aku sudah bilang padamu! Jaga dirimu baik - baik! Aku sedang tidak ada bersamamu!"

"Apa pedulimu?!"

"Kau masih bekerja denganku, Arra ... kau masih asistenku, keselamatanmu tanggung jawabku." Kali ini suara Melvin lebih tenang tidak sekeras sebelumnya.

"Aku memang asistenmu. Tapi kau tidak memiliki hak untuk mengontrol dan mengekangku seperti kriminal! Cukup, sudah cukup ... bukankah ini yang kau mau? Aku menghabiskan uangmu dan mengekspresikan apa yang aku rasakan?"

Aurellia mengetukkan gelasnya yang sudah kosong diatas meja. Memberi tanda untuk bartender mengisi kembali gelasnya. "Bahkan hanya minuman pun berpihak pada si brengsek itu!" Gumamnya pelan.

Kekesalannya kembali menumpuk saat mengingat percakapannya bersama Melvin melalui ponsel beberapa hari lalu. Setelah mereka saling mendiamkan dan tidak ada yang memberi kabar satu sama lain, Melvin menghubungi Aurellia tepat saat gadis berparas cantik itu membuka matanya dipagi hari. Intonasi tinggi dan pengucapan yang keras dari Melvin adalah hal yang sangat mengganggu Aurellia.

Setelah perseteruan itu mereka kembali saling mendiamkan dan tidak saling bertukar kabar. Meskipun tidak sepenuhnya Melvin melepaskan dirinya.

"Nona ... apakah kau baik - baik saja?" Bartender itu menyodorkan gelas kristal yang sudah penuh berisi.

Rambut yang berantakan dan menutupi sebagian wajah, Aurellia singkirkan dengan tangannya sendiri. Mata dan wajah yang memerah karena efek alkohol serta pola tidur yang sangat kacau semakin memperburuk penampilannya. "Apa aku terlihat sangat mengenaskan?"

Pria bertubuh tinggi dengan kemeja hijau tuanya itu akhirnya mendudukan pantatnya dan memperhatikan Aurellia dalam - dalam.

"Tidak. Hanya saja aku pikir kau memiliki masalah berat hingga setiap malam mabuk - mabukan hingga pingsan."

Kepalanya terasa pusing dan berat. Ini baru lima sloki, tapi kepalanya sudah sangat menyiksanya. "Itu membuatku tidak perlu memikirkannya. Bajingan itu membuatku kacau! Arghh sial kepalaku serasa mau pecah!"

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang