"Aku lelah" keluh Aurellia setelah berjalan lama menyusuri hutan yang luas itu.
Rasa takutnya juga sudah di gantikan dengan rasa lelah. Sedari tadi Aurellia dan Melvin hanya berjalan mencari jalan keluar.
Melvin mengalihkan pandangannya pada Aurellia. Wajah Aurellia benar - benar lesu dan kacau. Di tambah hawa dingin yang menerpa semakin tambah membuat Aurellia nelangsa.
"Baiklah, kita istirahat disini" Melvin membersihkan dedaunan yang ada di bawah pohon.
"Kemari! " Melvin menepuk sebelahnya.
Tidak banyak protes, Aurellia menghampiri Melvin yang duduk dan bersandar pada pohon.
Melvin menggapai ranting - ranting di sekitarnya dan mengumpulkannya menjadi satu. Api unggun tercipta setelah korek api dari saku Melvin di nyalakan.
Seperti ini lebih baik, tidak terlalu gelap meski pun tetap saja tidak berhasil menghangatkan tubuh Aurellia. "Tidurlah" ucap Melvin.
"Dingin..." lirih Aurellia dengan mengusap kedua lengannya sendiri.
Melvin meraih Aurellia agar lebih dekat. Aurellia yang merasakan kehangatan dari tubuh Melvin semakin merapatkan tubuh mereka. Tidak peduli jika besok akan di cemooh oleh Melvin yang sangat gencar menjahilinya. Yang di butuhkan Aurellia hanya kehangatan.
"Kau tidak menghubungi Mario? " tanya Aurellia saat merasakan tangan Melvin yang mengusap kepalanya halus agar Aurellia dapat tidur secepatnya.
"Disini tidak ada sinyal" jawabnya tenang.
Rasa tenang dan aman Aurellia dapatkan dari Melvin. Pria menyebalkan dan tampan. Detak jantung yang bisa Aurellia dengar sangat merdu seperti irama lagu tidur.
"Bagaimana kita pulang? " Aurellia semakin mendesakan kepalanya pada dada Melvin yang bidang agar merasa lebih nyaman.
"Mario akan melacak keberadaan kita" Melvin memandang Aurellia yang mulai mengantuk.
"Aku tidak pernah bermalam di alam bebas"
"Sekarang Kau melakukannya" Melvin masih mengusap kepala Aurellia.
Aurellia menguap lalu memandang Melvin yang sedang menatap lurus ke depan. Melvin memang benar - benar tampan. Mata indah, rahang tegas, alis tebal, hidung mancung, rambut yang halus, dan bibir yang sexy. Dewa Poseidon pun mungkin kalah tampan dengan Melvin.
Pantas banyak wanita mengejar Melvin selain kekuasaan yang di miliki pria itu juga memiliki wajah yang rupawan.
"Kenapa Kau tidak menerima perusahaan yang di berikan oleh kakek? " Aurellia membahas hal random sebelum dirinya benar - benar tidur.
Melvin menatap bulan dari celah - celah dedaunan, "aku tidak suka hidup dengan kaku seperti orang kantoran yang selalu formal"
"Itu lebih baik daripada Kau menjadi buronan seperti ini"
"Ini namanya berseneng - senang, Arra" Melvin menunduk untuk mengetahui respon Aurellia.
"Aku tidak senang setelah kejadian tadi. Menurutku duduk di kursi dan menjalani kehidupan kaku seperti yang Kau katakan tadi, lebih baik dari pada mengotori tanganmu dan menyiksa kakek untuk terus bekerja" kata Aurellia panjang lebar.
Melvin tersenyum manis, "jika Kau berbicara sepanjang itu hanya karena suruhan kakek, Kau cuma membung tenaga. Aku tidak tertarik "
"Aku mengatakan apa yang ada di pikiranku bukan karena kakek, meskipun kakek pernah menyuruhku untuk membujukmu, Pak" setelah itu Aurellia memejamkan matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MELVIN & AURELLIA
Roman d'amour•ROMANCE COMEDY• Jika hanya memandangmu berdosa maka aku siap untuk menjadi pendosa. -Aurellia Elena Dominic Kebahagiaanmu adalah prioritasku. Rindu dan luka ini biarkan menjadi urusanku. Aku tak pandai merangkai kata maka dari itu aku hanya dapat...