39

694 34 8
                                    

Happy reading, Dear♥

Pagi - pagi sekali Aurellia sarapan bersama Mario. Hanya mereka berdua. Pemilik asli mansion yang mereka tempati masih belum kembali dari Kanada. Mario sudah menggunakan pakaian formal rapinya, pria itu sempat mengatakan akan pergi satu jam lagi untuk menyelesaikan beberapa tugas yang diberi Melvin. Sedangkan Aurellia hanya berpakaian santai.

Meja makan yang besar di hadapan mereka berdua penuh dengan masakan yang tersaji. Masakan yang dibuat langsung dari tangan koki profesional dan disiapkan oleh para pelayan.

 Masakan yang dibuat langsung dari tangan koki profesional dan disiapkan oleh para pelayan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurellia mendongak melihat lampu kristal gantung di atas meja persis. Lampu mewah untuk mansion mewah.

"Anda suka lampu itu?" tanya Mario setelah beberapa kali melihat Aurellia mendongakkan kepalanya.

"Biasa saja," Aurellia melanjutkan makannya.

"Semalam Tuan Melvin menghubungi saya."

Aurellia menatap Mario, menunggu kelanjutan ucapan Mario.

"Beliau mengundur waktu pulangnya yang sebenarnya besok sudah bisa kembali ke Indonesia."

"Lalu?"

"Tuan Melvin kembali ke Indonesia tiga hari kedepan," Mario meminum winenya.

"Keadaan kakek belum membaik?"

"Saya tidak tahu, nona, Tuan Melvin tidak memberi tahu saya apa alasan penundaan jadwal pulangnya," Mario tersenyum simpul.

Aurellia mengangguk mengerti, mungkin Melvin ada urusan bisnis di sana. Bukankah pria itu memiliki bisnis dimana - mana?

"Anda tidak ingin keluar untuk menikmati sepiring cake di restoran? Saya pikir, Anda pasti bosan lima hari ini hanya di mansion," Mario mengangkat tangannya meminta pelayan untuk menghidangkan makanan penutup.

Lima hari kepergian Melvin memang membuat Aurellia mengurung diri. Jika saja Melvin bersamanya, mungkin dia dan Melvin sudah mengunjungi sahabat - sahabat Melvin atau lebih tepatnya mengganggu mereka. Atau jika tidak itu, mereka berdua pasti sedang melakukan hal - hal tidak berguna untuk mengisi waktu yang membosankan.

Aurellia mengelap mulutnya menggunakan serbet yang di siapkan. "Dengan bodyguard di belakangku begitu?"

"Itu sudah menjadi hal wajar jika Anda tidak bersama Tuan Melvin."

"Tapi itu malah membuatku merasa seperti seorang nara pidana yang harus dijaga ketat oleh orang - orang berbadan besar itu!"

Mario terkekeh kecil, "bukankah setelah Anda di ajak ke rumah Tuan Bara Sanjaya, Anda seharusnya paham apa pekerjaan Tuan Melvin dan seberapa mahal nyawa Tuan Melvin?"

Ucapan Natania saat di mall terputar, sederet kalimat yang menjelaskan bahwa nyawa Aurellia dan Melvin menjadi buruan. Ini gila!

"Apakah tidak ada jalan keluar untuk membuat diriku tidak ikut terjerat dengan urusan bisnis kalian?" ucap Aurellia pelan - pelan.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang