7

1.1K 58 0
                                    

"Pak!" panggil Aurellia saat tertinggal beberapa langkah dari Melvin.

"Aku disini Arra, di depanmu jadi tidak perlu meneriakiku" Melvin terkekeh mengikuti cara bicara Aurellia.

"Ck! " Aurellia berdecak sebal. Jujur saja dia tidak akan mau repot - repot berteriak. Tapi ini berbeda, bosnya itu meninggalkannya di tempat pemakaman. Ya walaupun hanya tertinggal beberapa langkah.

"Kemarilah!" Melvin berjongkok di samping sebuah makam yang bertuliskan nama Susi Rosianna Dirgantara .

Melvin menaburkan bunga mawar yang sempat dibelinya di depan pemakaman. "Dia nenekku. Orang - orang memanggilnya Susi, tapi aku memanggilnya Anna"

Entah hanya perasaan Aurellia atau memang benar, mata Melvin memancarkan kerinduan. "Anda merindukannya? " tanya Aurellia

Selang beberapa saat tidak ada jawaban dari Melvin. "Sudah 10 tahun dia pergi dari dunia ini dan hampir 3 tahun ini aku tidak mengunjunginya kemari" Melvin kembali berdiri disamping Aurellia. "Nenek adalah orang yang sederhana, keras, mandiri dan penuh kasih sayang"

"Keras? " kembali Aurellia bertanya maksud dari kata keras.

"Ya, dia sangat keras kepala tidak suka dibantah. Sifat aslinya tomboy namun di beberapa kondisi akan menjadi putri yang anggun" Jelas Melvin dengan sorot mata menerawang masa lalu.

"Melvin! " Seseorang pria tua yang sudah memasuki usia 70an itu memanggil Melvin dengan berjalan semakin mendekat.

"Kakek!" Melvin segera memeluk pria tua itu dengan senang hati.

"Aku kira siapa " Kata pria tua itu saat pelukan terlepas.

Melvin tersenyum lebar lalu menarik Aurellia untuk semakin mendekat "Kakek, perkenalkan namanya Arra dan Arra perkenalkan ini Kakekku namanya Budi Putra Dirgantara"

Kakek Melvin menjabat uluran tangan Aurellia dengan meneliti wajah dan tubuh Aurellia. "Jadi? Ini pilihanmu?" pertanyaan itu ditunjukan pada Melvin.

"Ah kakek!  Dia hanya asisten pribadiku" wajah Melvin berubah kesal karena mendapat pertanyaan seperti itu dari kakeknya.

"Sebenarnya anak ini dapat mengibangi untuk bersamamu Vin" Kakek Melvin menepuk pundak Aurellia beberapa kali.

Melvin menarik Aurellia dan merangkul pundaknya untuk menjauhkan dari jangkauan kakeknya sendiri. "Ayolah Kek, aku sudah bosan membicarakan pernikahan konyol. Ngomong - ngomong Kakek sampai di Indonesia kapan? " Melvin mengalihkan topik pembicaraan.

"Kemarin pagi, tapi aku baru sempat kemari sekarang. Kau tau sendiri aku sudah tua jadi badanku sedikit pegal pegal karena perjalanan jauh" keluh kakek Melvin.

"Akhirnya Kakek mengakui jika sudah tua. Aku ikut senang mendengarnya, Kek" Melvin tersenyum semakin lebar.

"Dasar cucu sialan! " umpat kakek Melvin.

"Ya ya ya terserah Kakek. Aku akan pulang dan ingat Kek! Sebelum Kau kembali ke Kanada Kau harus menghubungiku terlebih dahulu! "

"Kau memaksaku? " tanya kakek Melvin

"Tentu saja! " ucap Melvin dengan beranjak pergi meninggalkan kakeknya yang menggerutu tidak jelas. "Jaga Kakekku dengan baik! Dia sudah tua!" pesan Melvin pada empat bodyguard yang menunggu di belakang kakeknya.

"Mulutmu benar benar menyebalkan Vin! " cibir kakek Melvin.

"Interaksi macam apa itu?!" gumam Aurellia pelan namun masih dapat didengar oleh Melvin yang ada disampingnya.

"Tentu saja cucu dengan kakeknya! " jawab Melvin dengan sedikit menarik Aurellia lebih dekat karena disamping Aurellia terdapat lubang tanah yang penuh dengan lumpur. "Dalam keluargaku tidak ada yang gila hormat. Namun tetap saja aku akan menghormati orang orang yang lebih tua dariku. Apa yang kau lihat tadi itu hanyalah gurauan, kakekku tidak akan mengambil hati" jelas Melvin panjang lebar. Mungkin dia tahu apa yang sedang dipikirkan Aurellia.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang