•ROMANCE COMEDY•
Jika hanya memandangmu berdosa maka aku siap untuk menjadi pendosa.
-Aurellia Elena Dominic
Kebahagiaanmu adalah prioritasku. Rindu dan luka ini biarkan menjadi urusanku. Aku tak pandai merangkai kata maka dari itu aku hanya dapat...
Jangan lupa tekan bintang dan komentarnya♥ Yang suka sama ceritanya, kuy masukin readinglist😍
Happy reading, dear♥
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Melvin dengan jas dan kemeja tanpa dasi itu memasuki sebuah gedung yang besarnya nyaris sama dengan bangunan club malamnya yang ada di tengah tengah kota. Gedung ini mengusung gaya minimalis dan terdapat penjagaan lebih ketat.
Di setiap sudut terdapat orang - orang berbadan besar dengan kaca mata hitam bertengger di hidung mereka. Di langit - langit gedung juga terdapat CCTV yang bergerak memantau setiap pergerakan yang ada.
Beberapa orang tercegah untuk masuk dengan mudah ke dalam gedung ini, orang - orang tersebut harus mengikuit intruksi pengecekan yang sudah ditetapkan. Sedangkan Melvin berjalan dua langkah di depan Aurellia dengan kharismanya yang mengerikan. Para penjaga berbadan besar itu menunduk memberi hormat pada sang iblis. Jika mereka menakuti Melvin, Aurellia lebih takut oleh para penjaga yang memiliki wajah sangar itu.
Lama Melvin dan Aurellia berjalan mereka sampai di depan pintu besar yang menjulang tinggi dan ada empat penjaga di depannya. Dua di antaranya membukakan akses untuk Melvin.
Setelah pintu terbuka bukan ruangan yang di dapati Melvin dan Aurellia, melainkan sebuah lorong panjang dengan lampu menyala otomatis setelah Melvin menginjakan kakinya. Lorong itu terasa sangat asing untuk Aurellia karena di sisi kanan kirinya tidak terbuat tembok semen melainkan dari besi baja dan logam logam. Suhu di sepanjang lorong juga sangat dingin, lebih dingin dari tempat sebelumnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Melvin terus berjalan memasuki lorong kanan dan kiri seolah sudah hafal betul seluk beluk tempat ini, karena sebenarnya memang begitu adanya. Di ujung lorong terdapat seperti pintu besar yang menutupi jalannya lorong panjang ini. Pintu yang kokoh dan tanpa penjaga seperti di pintu depan.
Semua CCTV yang ada di sekitar pintu itu secara otomatis menyorot Melvin dan Aurellia, mendeteksi gerakan mereka berdua.
Melvin menempelkan jarinya pada sebuah alat yang tertempel di pintu baja itu. Tidak lama dari itu hologram muncul di depan wajah Melvin, menscan dan meneliti wajah tampan Melvin. Hologram berukuran tidak lebih dari satu meter itu terus bekerja hingga sepuluh detik ke depan menampilkan kondisi fisik Melvin sekarang seperti, retina mata, tekanan darah, detak jantung, kerja paru - paru, tinggi tubuh, berat tubuh, suhu tubuh, kesehatan dan kedudukannya di tempat ini.