34

692 33 0
                                    

Jangan lupa vote dan komentar di setiap paragraf❤

Happy reading, Dear❤






Nafas keduanya terengah. Melvin membelai bibir Aurellia yang basah dengan ibu jarinya. Pikiranya tidak karuan. Sama seperti saat pertama kali mencium Aurellia.

Pipi yang bersemu merah setiap kali mereka selesai berciuman tanda bahwa Aurellia malu membuat Melvin gemas.

"Strawberry" ucap Melvin lembut.

Aurellia memalingkan wajahnya dan kembali mengusap - usap ke dua bahunya. Kesadaran yang ditarik oleh alam semesta sama sekali tidak membantu Aurellia, malah semakin membuatnya malu. Meskipun ini bukan lagi yang pertama untuknya tapi tetap saja dirinya gugup.

"Berhenti menciumku!"

"Kau tidak suka?"

Tidak, Aurellia tidak bisa mengatakannya. Setiap kali berciuman dengan iblis berkedeok malaikat itu Aurellia selalu merasakan kesenangan di dalam hatinya yang bersamaan dengan kesal. Kesal karena dirinya sendiri tidak dapat menghentikan Melvin Richardo Dirgantara. Aurellia bukan jalang yang sering ditiduri oleh Melvin tapi dia juga tidak bisa membohongi perasaanya jika dia menyukai ciuman Melvin yang luar biasa.

"Arra!" panggil Melvin disaat Aurellia tidak menjawab pertanyaanya dan pergi masuk ke dalam rumah.

"Aku kedinginan," jawab Aurellia menyudahi percakapan keduanya.

Melvin tidak mencoba menghentikan langkah Aurellia. Pria yang tengah duduk di atas kursi pantai itu membuang pandangannya pada air kolam yang bergelombang tertiup angin dari pohon - pohon disekitar.

Ada apa dengannya? Dia bukan orang yang pemaksa, apalagi soal wanita. Melvin sangat memuja kaum wanita. Tapi kenapa dirinya tidak bisa berhenti mencium Aurellia, padahal dia sudah tahu jika gadis itu sangat menjunjung harga diri dan anti pati pada dirinya.

Ini bukan rasa cinta yang dikatakan oleh orang - orang konyol itu bukan? Melvin yakin ini bukan rasa cinta. Dari yang dia dengar dari teman - temannya, rasa cinta itu bisa dirasakan ketika dirimu merasakan senang setiap kali dekat dengan orang itu, rasa ingin menjaga dan memiliki.

Melvin tentu suka dekat dengan Aurellia, gadis itu penghiburnya. Rasa ingin menjaga sebenarnya Melvin selalu rasakan itu pada semua orang yang dekat dengannya. Untuk rasa memiliki sendiri, bukankah Melvin sudah memiliki Aurellia? Aurellia hanya miliknya selama ini.

Sialan, kenapa juga Melvin harus repot - repot memikirkan itu sejak kemarin. Ingin muntah saja rasanya!

Kembali lagi perhatianya pada buku yang sempat dia ambil dari rak dikamarnya. Buku yang mengangkat tema ekonomi masyarakat kecil. Buku yang lebih baik dia masukan ke dalam otaknya dari pada memikirkan satu kata awam untuk Melvin, cinta.

💙💙💙

"Dimana Arra?" Melvin menyapu segala penjuru, mencari sosok perempuan.

"Dikamarnya, dia sedang demam," jawab Mario dengan menaruh daging di atas panggangan.

Malam ini Melvin membuat acara kecil. Berpesta barbeque.

"Pantas saja tidak terlihat sejak siang," Bram menimbali.

Melvin menaruh gelas yang sedang dia pegang lalu pergi menuruni tangga. Acara kecil itu memang dilakukan di atap rumah sekitar gazebo.

"Are you okay?"

Aurellia mematikan televisi yang sedang dia lihat. Menoleh pada pria yang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk atau pun permisi.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang