43

639 38 4
                                    

Jangan lupa tekan bintang dan komentar💙
Jangan lupa follow saya juga:)

Happy reading dear♥


"Pak Melvin..."

Melvin yang hendak melangkahkan kakinya keluar dari gedung yang menjadi tempat penggalangan dana amal tertunda oleh panggilan seseorang pria paruh baya.

"Senang bertemu dengan Anda di sini. Mungkin Anda lupa dengan saya, perkenalkan nama saya Feri Irawan!" Pria paruh baya itu mengulurkan tangannya.

Dengan dahi yang mengerut Melvin menjabat tangan Feri. Senyum pria berpakaian rapi itu sedikit menguranngi rasa ragu Melvin.

"Aku tidak perlu mengenalkan diri bukan?"

"Tentu saja tidak perlu, Anda Melvin Dirgantara anak pertama dari Dirgantara Company. Maaf menunda aktivitas Anda, saya hanya ingin berterima kasih kepada Anda atas kejadian satu tahu lalu. Sangat sulit untuk menemui Anda, syukurlah bisa bertemu di sini." Feri menjelaskan panjang lebar penuh kesopanan meskipun umurnya jauh di atas Melvin.

"Benarkah sesulit itu untuk menemuiku? Sungguh Tuan, aku tidak sesibuk itu." Melvin tersenyum bijaksana.

"Ya, karena saya hampir kehabisan ide untuk bisa mengucapkan 'terima kasih' kepada Anda secara langsung. Saya tidak tahu apa jadinya jika satu tahun lalu Anda tidak menolong saya dan perusahaan saya dari bantaian mafia." Feri semakin melebarkan senyumnya tanda amat sangat bersyukur.

"Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan!"

"Tetap saja saya harus berterima kasih. Mungkin Anda mau meluangkan waktu untuk makan malam bersama saya dan putri saya yang baru saja lulus kuliah tahun ini."

"Tidak perlu repot - repot. Terima kasih atas tawaranmu Tuan Irawan, mungkin jika ada waktu luang aku akan mengabarimu. Sampaikan saja salamku pada putrimu!"

"Pasti akan saya sampaikan!" Ucapnya mantab.

"Jangan terlalu formal seperti itu, Anda yang seharusnya lebih dihormati. Panggil saja namaku, kita sedang tidak terlibat pekerjaan!"

"Tapi Anda pantas untuk saya hormati——"

"Tidak, tidak! Itu tidak baik jika Anda lebih menghormatiku. Cukup ucapkan namaku saja, anggap saja sebagai pengakraban!"

Setelah sedikit berbasa - basi Melvin pamit undur diri untuk melanjutkan tujuan awalnya bersama Aurellia yang diam saja disampingnya. Malam sudah semakin larut dan sebentar lagi acara selesai. Melvin memilih meninggalkan acara lebih dulu sebelum jalan keluar ramai dan sesak dipenuhi orang - orang yang tidak sabaran.

Sampai di luar gedung, masih banyak wartawan yang siap memotret siapa saja yang mau di wawancarai. Sedangkan di ujung red carpet sudah siap mobil sport Melvin.

"Bisa kita mampir ke minimarket sebelum sampai mansion?" Pinta Aurellia setelah berada di dalam mobil.

"Ada yang ingin kau beli? Kau bisa menelepon Mario agar tidak repot."

"Tidak perlu, aku hanya ingin membeli beberapa barang untuk membuat kue, sebentar lagi Natal."

"Kenapa kau harus menyusahkan diri sendiri? Kita bisa membelinya."

Aurellia berdecak tidak setuju apa yang diucapkan Melvin. "Hanya kue, tidak semenyusahkan yang kau bayangkan!"

"Kau harusnya senang, Arra! Kau bekerja dengan orang yang tidak pelit dan tidak menuntutmu susah."

"Tapi caramu berfikir menyusahkanku! Kau selalu berfikir apa saja bisa kau beli!" Jawab Aurellia cepat.

"Tapi memang begitu bukan? Itu fakta yang terjadi. Seharusnya kau menyadari itu setelah bekerja denganku hampir enam bulan."

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang