23

805 36 0
                                    

"Dengarkan baik - baik, aku tidak mau mengulang ucapanku lagi! " Aurellia fokus memperhatikan Melvin yang sudah siap di dapur dengan celmeknya.

"Ambil telur, susu putih, garam, tepung terigu dan margarin!" Melvin mengambil bahan - bahan yang di sebutkan oleh Aurellia dengan cekatan. "Ambil wadah untuk membuat adonan yang kira - kira cukup untuk memuat semua bahan"

"Ini? " Melvin mengangkat baskom biru.

"Tidak terlalu buruk." Melvin kembali dengan baskom di tangannya, "masukan susu putih ke dalam wadah bersama dengan tepung terigu"

"Cukup? "

"Tambahkan sedikit lagi tepung terigunya" dari balik meja pantry Aurellia mengawasi Melvin yang sedang memasak di dapur. Bosnya itu sudah menggulung kemeja putihnya hingga siku. Kata bu Watik, Melvin sudah seperti chef tampan yang sering tampil di televisi jika memakai celmek. Pujian kecil itu memicu kontra antara Melvin dan Aurellia.

"Pisahkan putih telur dan kuningnya"

"Tidak bisa, kuningnya menyatu dengan putihnya, Arra"

"Damn! Apakah ini orang yang sama dengan orang yang beberapa waktu lalu berbangga diri dapat memasak seperti chef hottel bintang lima?! "

"Hahaha ... Baiklah aku akan mencoba lagi" kembali Melvin bergelut dengan telur telurnya.

"Dua butir saja sudah cukup, Pak! " mengingatkan Melvin karena Aurellia dapat melihat Melvin yang hampir memisahkan kuning telur hampir dua kilogram terhitung dengan uji cobanya. "Masukan kuning telur kedalam wadah dan masukan garam secukupnya"

"Menggunakan sendok teh atau makan? "

"Aku bilang secukupnya, Pak. Jadi tidak menggunakan takaran sendok. Kau kira - kira saja"

Melvin mengerutkan dahinya dengan memandang Aurellia seolah Aurellia makhluk astral, "panggil aku chef! "

"Hasil karyamu bahkan tidak menjanjikan!"

"Kau tetap harus memanggilku chef!  "

"Baiklah chef Melvin, sekarang kocok adonan itu! " Aurellia menekankan kata chef agar perdebatannya segera selesai.

Melvin tertawa puas mendapat panggilan chef dari Aurellia meskipun tidak ikhlas. Wajah Aurellia yang semakin datarlah yang membuat kepuasan bagi Melvin, ya meskipun sebenarnya tadi wajah Aurellia memang sudah datar seperti jalan tol.

"Kenapa berhenti?! Itu belum selesai, Kau harus mengocok hingga gumpalan - gumpalan itu hilang. "

Melvin berdecak karena tangannya sudah pegal. "Kenapa tidak memakai blender?! "

"Kau kira membuat pancake sama seperti membuat jus mangga! "

"Mangsutku, alat yang biasa di gunakan untuk membuat kue" Melvin kembali mengocok adonannya.

"Mixer? "

"Ya maksudku itu"

"No no no! " Aurellia menggerakan jari telunjuknya persis ibu - ibu yang sedang melarang anaknya bermain, "kerjakan dengan manual! "

Melvin yang merasa di kerjai oleh Aurellia memutar bola mata malas, semakin lama semua kebiasaan Aurellia di tiru Melvin. Dalam hati Aurellia tertawa puas melihat wajah nelangsa Melvin.

"Sekarang Kau harus plating pancake itu dengan cantik," Melvin sudah pada tahap penyajian setelah memasak dengan di bumbui protes dan kesal.

"Aku kira kata 'cantik' hanya untuk wanita"

"Lalu apa?! Plating pancake itu dengan tampan?! " Aurellia melotot tidak habis pikir dengan kalimat yang di lontarkan Melvin.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang