20

979 41 0
                                    

Pintu kamar hottel Aurellia di ketuk dari depan. Sebelum membukanya Aurellia mengintip dari lubang kecil pada pintu. Saat petugas laundry yang Aurellia lihat, tanpa berfikir panjang Aurellia membuka pintunya.

Namun sialnya saat pintu sudah terbuka sepenuhnya wajah Melvin muncul dari sebelah petugas laundry yang membuat Aurellia bergegas kembali menutup pintu kamarnya.

"Pak, aku mohon, Pak. Aku masih ingin hidup! " Raung Aurellia saat Melvin dapat menahan pintu kamarnya.

Rasa takut Aurellia semakin menjadi saat Melvin masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintunya. Tanpa banyak bicara Melvin berjalan lalu merebahkan tubuhnya di kasur Aurellia.

Aurellia tetap diam di tempatnya dengan was - was jika Melvin merencanakan sesuatu.

"Sudah tiga hari kita tidak bertemu, Arra. Kau selalu menghindariku" ucap Melvin dengan mata terpejam.

"I—itu karena a—aku aku..." ucap Aurellia terputus - putus.

"Temanmu itu sangat payah. Siapa namanya? Aku lupa. Alex? Tio? "

"Gery"

"Ah iya itu. Sampai sekarang dia mengurung dirinya di rumahnya. Aku mendapat informasi dari anak buahku yang selalu memantaunya"

Aurellia berjalan mendekati Melvin, lalu menatap Melvin penuh emosi. "Itu karena Kau bodoh! Kau tahu?! Aku dan Gery hampir kehilangan nyawa karena ide konyolmu! "

"Hampir 'kan? Nyatanya Kau masih di sini" Melvin duduk dengan terkekeh tidak merasakan tegang seperti yang di rasakan Aurellia.

"Apa Kau kira melakukan skydiving dan hampir membuatku pingsan di udara adalah hal yang lucu?! " Aurellia melempar bantal pada wajah Melvin.

"Andai saja aku memotret wajahmu saat terjun dari pesawat, Kau pasti juga tertawa. " Melvin tertawa keras hingga seluruh ruangan di penuhi suara tawa Melvin.

For you information tiga hari lalu saat Melvin mengajak jalan jalan Aurellia, Melvin melakukan skydiving bersama Aurellia, Gery, Mario dan dua bodyguard Melvin. Tidak tanggung - tanggung Melvin mendatangkan pesawat pribadinya dari Jakarta ke Bali hanya untuk melakukan olahraga yang menantang adrenalin itu.

Setelah berhasil mendarat dengan selamat Aurellia berteriak dan menangis dengan histeris karena ketakutan. Hasilnya selama tiga hari berturut - turut menghindari Melvin.

"Tidak lucu! " sarkas Aurellia dengan berjalan mengambil air minum di almari pendingin.

"Itu lucu, Arra. Aku bisa melihat ekspresi wajahmu selain datar dan marah. Sungguh Kau sangat menggemaskan saat memohon tidak ikut terjun"

"Berhenti membahas itu! " teriak Aurellia.

"Apa lagi temanmu Reno itu. Aku sarankan Kau jangan berteman dengannya. Aku tidak yakin dia benar - benar laki - laki." Melvin mengacuhkan teriakan Aurellia untuk berhenti membahas.

"Namanya Gery, Pak" koreksi Aurellia ke sekian kalinya.

"Ya, Gery. Laki - laki macam apa itu?! Sangat memalukan mengompol di udara! " cibir Melvin dengan kembali merebahkan tubuhnya di kasur.

"Aku rasa, Gery normal. Yang tidak normal itu Kau, Pak. Mendatangkan pesawat dari Jakarta hanya untuk membunuhku dan Gery secara perlahan! "geram Aurellia dengan berjalan ke sofa.

Melvin terkekeh tidak menimpali ucapan Aurellia, hingga suara bel kamar hotel terdengar membuat Melvin melirik Aurellia yang sedang berjalan membuka pintu.

Tidak lama Aurellia kembali dengan kantung plastik yang berlogo restaurant bintang lima.

"Aku tidak mengira ternyata Kau perhatian sekali" ucap Aurellia dengan membuka isi kantung plastik.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang