41

712 39 7
                                    

Happy reading, dear♥





Tidak pernah di dalam pikiran Aurellia untuk bertemu dengan ayahnya. Tidak untuk selama ini. Dan dia cukup senang dan tenang untuk selama ini dia tidak pernah memikirkan apa pun tentang ayahnya dan semua masalahnya.

Namun mau apa dikata. Hari ini, sore ini, Aurellia melihat ayahnya yang sedang berdiri di samping pusaran makam ibunya, ibu kandungnya yang sudah lama meninggalkan Aurellia di dunia ini.

Farkhan masih dengan jas rapinya, berdiri di samping gundukan tanah yang terdapat nisan bertuliskan, Amelia Dominic beserta dengan tanggal lahir dan wafatnya.

Delapan menit Aurellia berdiri di belakang Farkhan dan selama itu pula dia tahu jika Farkhan hanya diam tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun, hanya gerakan pundak yang melemas beberapa kali.

Kedua telapak tangan Aurellia yang memegang keranjang bunga mengeluarkan keringat dingin. Dia belum siap bertemu Farkhan dan mengulang kembali luka lama yang sempat dia lupakan untuk beberapa saat lalu.

Tapi itu tidak seberapa ketika detik selanjutnya Aurellia mendengar satu kalimat yang keluar dari mulut ayahnya. Kalimat yang tidak pernah Aurellia bayangkan bisa keluar dari mulut ayahnya. Apa ini mimpi? Apa dia bermimpi? Tidak! Suara - suara mobil di kejauhan terdengar sangat nyata.

"Lia, anak kita sudah besar aku sangat merindukannya!"

Aurellia yang lima meter di belakang Farkhan memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan makam bersama dengan keranjang berisi bunga yang tidak jadi dia taburkan ke makam salah satu orang tuanya. Pikirannya kacau balau, beban di hatinya semakin terasa berat. Langkahnya yang dia paksakan untuk kembali menuju luar makam, dimana Melvin dan mobilnya berada terasa sangat menyiksa Aurellia.

Di sana Melvin menunggunya, pria yang berdiri di samping pintu mobil sportnya. Ponsel yang tadi tertempel ditelinganya dengan spontan dia matikan saat melihat Aurellia kembali.

"Kau tidak jadi mengunjunginya?" tanya Melvin menyadari keranjang berisi kelopak - kelopak bunga mawar masih untuh.

"Bisa kita kembali?" ucap Aurellia dengan bergetar.

Beberapa pertanyaan hendak Melvin keluarkan, namun melihat mata Aurellia yang memohon dan tersirat kesakitan membuat Melvin mau tidak mau mengangguk menyetujui permintaan gadis pemilik nama Aurellia Elena Dominic.

Mobil melaju memasuki jalanan kota yang padat dan berbaur dengan kendaraan lain yang terkena macet. Suara tlakson yang bersaut - sautan menjadi irama khas.

"Kau baik - baik saja?"

Aurellia yang sejak tadi menatap ke luar jendela menarik nafas dalam - dalam lalu tersenyum pada Melvin. "Aku harap aku baik - baik saja."

"Tidak perlu membohongi perasaanmu sendiri, Arra!" 

"Aku baik - baik saja!" Tekan Aurellia.

Melvin menoleh pada Aurellia dengan kedua tangannya memegang wajah Aurellia yang tersenyum tipis. Suara - suara tlakson mobil yang tidak bisa bergerak hilang tenggelam entah kemana. Hanya ada tatapan Melvin yang fokus memasuki retina Aurellia.

"Tidak bisakah ... tidak bisakah kau sedikit saja terbuka denganku?"

Wajah Aurellia yang berada di kedua telapak Melvin menunjukan keterkejutan. Apa sebegitu jelasnya hingga Melvin dapat mengetahui keganjilan pada Aurellia.

"Sedikit saja, Arra. Aku ingin mendengar apa yang kau hadapi dari dirimu langsung," ucap Melvin lirih.

"Lia, anak kita sudah besar aku merindukannya!"

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang