38

650 37 6
                                    

Happy reading, Dear♥






"Dimana Melvin?" Aurellia yang baru bangun dari tidurnya bertanya pada Mario yang sudah berada di mansion sepagi ini.

Memberikan segelas air putih pada Aurellia, Mario tersenyum tipis. "Anda tidak tahu jika Tuan Melvin pukul tiga pagi pergi ke Kanada?"

"Kanada?" gumam Aurellia menghentikan gerakan. Tumben tidak berpamitan, batin Aurellia.

"Ya, Kanada, nona. Beliau mengunjungi Tuan Besar Budi Dirgantara."

"Si Brengsek itu mau mengunjungi kakek? Mengejutkan sekali biasanya dia yang selalu susah untuk di temui," Aurellia menaruh gelasnya yang isinya tersisa setengah.

Mario sekali lagi tersenyum, tapi kali ini senyum kaku. "Tuan Budi dikabarkan jatuh sakit, nona."

"Lalu kenapa kau ada di sini tidak mengekori Melvin?"

"Saya ditugaskan untuk tetap di sini, menjaga Anda dan mewakili Tuan Melvin apa bila ada urusan penting mendadak."

Aurellia mengangguk - angguk. Mendengar suara keributan dari arah belakang Mario membuat Aurellia baru menyadari jika di dalam mansion bukan hanya mereka berdua. Ada sekitar tiga orang pelayan sedang menata barang - barang baru untuk mengisi mansion. Pelayan baru. Jadi ucapan Melvin semalam itu serius?

"Mario."

"Ya, nona?"

"Sejak kapan kau bekerja dengan Melvin?"

Mario mencoba memgingat - ingat, "sekitar  tujuh tahun lalu, nona. Tepat saat Tuan Melvin kembali ke Indonesia dan mulai merancang bisnisnya."

"Jadi Melvin memiliki club itu sejak dia masih kuliah?"

"Betul, nona. Tuan Melvin mendirikan club itu dengan tangannya sendiri dan menggunakan uangnya sendiri. Banyak yang beliau korbankan untuk mendirikan satu club malam. Beberapa mobil sport, barang - barang antik koleksinya dan dirinya sendiri. Tuan Besar David dan Budi sempat ingin memberikan modal yang ditolak keras oleh Tuan Melvin. Sebagai gantinya Tuan Melvin hanya meminta ayah dan kakeknya untuk menuntunnya berbisnis."

Aurellia termangu, tidak menduga seorang Melvin fucking Dirgantara sekeren itu. Sukses dengan tangannya sendiri, bersinar dengan cahaya yang dia ciptakan sendiri,  meskipun dia bisa mendapatkannya dengan mudah tanpa bersusah payah.

Pantas saja Si Brengsek satu itu sangat sombong, dia bisa seperti sekarang ternyata dengan hasil jerih payahnya sendiri.

"Apa lagi yang kau tahu tentang Melvin?" tanya Aurellia setelah terdiam lama.

"Emmm .... Tuan Melvin orang yang dermawan, dibalik sisi yang sering Anda sebut 'menyebalkan' beliau memiliki niat baik yang sering tidak bisa dilihat oleh orang lain, sangat menjaga apa yang menjadi miliknya, ambisius untuk mendapatkan keinginannya dan memiliki kesabaran yang luar biasa," mata Mario memancarkan sorot kekaguman.

Aurellia berkedip beberapa kali. "Kau yakin yang kau bicarakan itu Melvin?"

"Sangat yakin, malah yang membuat saya tidak yakin itu Anda, nona."

"Aku?"

Mario mengangguk, "Anda sangat dekat dengan Tuan Melvin, selalu bersama beliau, tetapi setelah Anda menannyakan tentang Tuan Melvin kepada saya, saya jadi menyadari ... jika Anda ternyata sangat jauh. Semua itu karena Anda sendiri yang membuat tembok baja."

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang