"Aurellia Elena Dominic!!! " Panggilan penuh penekanan memberi efek yang sangat besar untuk gadis yang kini hanya bisa diam mematung ditengah ruangan tersebut. Tiga pasang mata menatap gadis tersebut dengan tatapan yang berbeda - beda.
"Berulah apa lagi kali ini kau?! " Bentak Farkhan, Ayah gadis tersebut.
"Seharian dia hanya bermain Ayah! " Adu Kesya, Kakak tiri Aurellia. Sepontan Aurellia menolehkan kepalanya menghadap Kesya dengan tidak suka atas tuduhan itu.
"Kau ini apa - apaan?! Bukankah sudah Ayah bilang, jika kau tidak boleh pergi - pergi sepulang kuliah?! Apa kau tuli?! " Bentakan itu kembali diterima Aurellia dengan diam. Dari sudut matanya dapat dia lihat Ibu dan Kakak tirinya sedang tersenyum kemenangan.
"Aurellia tidak pergi kemana - mana Ayah," jawabnya sambil menatap mata Ayahnya serius.
"Apakah kau sekarang sedang belajar berbohong?! "
"Aku tidak bohong! " ucapnya dengan penuh keyakinan.
"Setelah kau menghancurkan mobil sportmu kemarin kini kau menguras isi rekeningmu dalam sehari kau masih mau mengelak apa yang dikatakan Kakakmu?! " Mata Farkhan terlihat jelas sangat marah pada putri kandungnya.
"Apa Ayah kini tidak percaya denganku? " Aurellia bertanya dengan lirih. Dia sangat tidak menyangka Ayahnya lebih percaya pada anak tirinya.
"Contohlah kakakmu yang tidak pernah manja meminta ini itu, menghambur - hamburkan uang begitu saja dan tidak ceroboh seperti kau! " ucap Farkhan sarkas tanpa mengindahkan pertanyaan Aurellia.
Sudah cukup. Kali ini Aurellia benar - benar merasa muak dengan drama keluarga ini. Selalu saja dia dipandang sebagai tokoh antagonis disini. Kesabarannya tidak dapat lagi dipermainkan oleh Ibu dan Kakak tirinya.
"Jangan pernah banding - bandingin Aku dengan anak jalang ini!!! Aku tidak suka!!!" untuk pertama kalinya Aurellia berkata kasar dengan Ayahnya dan itu sukses membuat Farkhan naik pitam.
Plakkk
"Aku tidak pernah menginginkan anak kurang ajar sepertimu!! "
Seperti tersambar petir. Hati Aurellia hancur seketika mendapat sekaligus mendengar itu. Ayah yang dia bangga - banggakan selama ini dengan mudahnya melemparnya kedasar jurang. Dari tempatnya berdiri Aurellia melirik kedua wanita yang sedang menangis dengan air mata palsunya.
Mata Aurellia beradu pandang dengan mata Farkhan yang tertutupi kemarahan. "Aku juga tidak pernah menginginkan lahir dari darah dagingmu Tuan Farkhan Andika Dominic!!! " setelah mengatakan itu dengan lantang dan penuh emosi Aurellia berlari meninggalkan rumah yang menyiksanya selama beberapa bulan terakhir.
Kini perasaanya campur aduk hingga dia tidak dapat mendiskripsikannya. Benci karena kehadiran dua manusia dirumahnya dulu. Marah pada diri sendiri yang tidak dapat mengatakan segala kebusukan ibu dan kakak tirinya. Benci kepada keadaan yang tidak pernah berpihak kepadanya. Dan kecewa kepada ayahnya yang selalu dia banggakan.
Kakinya terus dia langkahkan entah kemana akan dia tuju. Jalanan yang mulai sepi karena memang sudah larut malam. Pikirannya sangat kacau kali ini. Dia tidak memiliki teman dekat yang dapat menampungnya.
"Arggghhhhh!!!! " geramnya dengan menjambak rambutnya frustasi.
Bagaimana caranya mendapatkan uang dalam satu malam untuk mendapatkan tempat tinggal. Dalam seumur hidup Aurellia tidak pernah merasakan pikiran sekacau ini. Apakah dia akan menjadi gelandangan? Tidur di jalanan? Sial ini semua karena ratu drama itu, hidupnya menjadi suram seperti ini.
Saat menolehkan kepalanya otaknya langsung bekerja tanpa diperintah saat melihat gedung tinggi disebrang jalan. Terpampang jelas nama club elit tersebut dengan gagah.
Tunggu. Apakah dia harus melacur untuk mendapatkan uang? Lalu bagaimana jika Ayahnya tau? Bagaimana dengan masa depannya? Otaknya kembali bekerja.
"Hahahaha" Aurellia tertawa sumbang saat mengingat sesuatu. Untuk apa mencemaskan itu semua. Ayahnya tidak akan peduli karena dia tidak diinginkan kehadirannya. Sedangkan masa depannya memang sudah hancur karena kedua ratu drama itu. Komplit sudah penderitaanya.
Dengan pikiran kalut dan pandangan kosongnya Aurellia berjalan ke club malam itu. Aurellia rasa dia memang sudah gila.
Bersyukurlah saat menyeberang jalan, jalanan sedang sepi.
Begitu dia sampai di dalam langsung saja dia merasa ngeri dengan keadaan di dalam. Di sini benar - benar membuat Aurellia asing. Tentu saja dia asing, bahkan sepanjang hidupnya selama ini baru kali ini dia memasuki club malam. Dengan mengesampingkan kenyamanannya sendiri, Aurellia memantapkan hatinya.
"Ada yang bisa dibantu? " tanya seorang waiters yang sedang melintas didepan Aurellia.
"Aku ingin bertemu pemilik club ini" jawab Aurellia dengan mantap.
Waiters itu memandang penampilan Aurellia dari atas hingga bawah hingga membuat yang ditatap jengah. "sulit untuk bertemu dengan pemilik club ini, tapi jika kau mau, kau bisa menemui tangan kanan pemilik club ini. Biasanya jika penting akan segera disampaikan. " jelas waiters itu panjang lebar.
"Dimana aku bisa menemuinya?"
"Kau ikuti saja lorong itu lalu belok kiri, nanti ada pintu warna putih, disitu kau dapat menemuinya. Aku ada banyak kerjaan jadi harus bergegas sekarang" waiters itu menunjukkan sekaligus berpamitan.
Aurellia mengikuti arahan yang diberikan tadi. Semakin dia berjalan kesana suara musik yang menggila tadi semakin hilang.
Pintu bercat warna putih. Pintu lainnya berwarna abu - abu dan hanya satu pintu yang berwarna putih dan pintu itu sekarang berada dihadapan Aurellia.
Dihembuskan nafasnya dengan kasar untuk membuang kegundahannya.
Tok
Tok
Tokkk"masuk! " suara dari dalam memberi izin untuknya masuk.
Aurellia membuka pintu putih itu dengan pelan - pelan. Dari tempatnya berdiri dia dapat melihat seorang pria yang sekitar umurnya 27 tahun.
Pria itu mengangkat pandangannya dari laptop dihadapannya dengan membenarkan kaca mata minusnya yang bertengger manis dihidung mancungnya.
"Apakah kau akan berdiri saja disana? " tanya pria itu dengan menatap Aurellia datar.
"Ada apa? " tanya pria itu tanpa basa basi setelah Aurellia duduk di kursi sebrang.
"Saya ingin---" ucapannya terputus oleh suara gaduh dibelakangnya.
"Bisakah kau jalan dengan benar?! "
"Apa matamu bermasalah bodoh?! "
"Hei kau menghalangi jalanku idiot! "
"Jalan masih lebar! Pantas saja kau tak laku - laku. Mata kau sangat bermasalah! "
"Apa kau tak mengaca?! Bahkan otakmu sangat miring! "
"Sialan kenapa harus kesini sekarang! " gumam pria didepan Aurellia sambil memijat pangkal hidungnya.
"Sudahlah apa maumu, acuhkan saja orang - orang aneh itu! " tegas pria didepannya, tersirat nada lelah yang tidak terlalu ketara.
"Saya ingin---" ucapan Aurellia kembali terpotong. Kali ini bukan suara gaduh yang disebabkan dua pria yang baru saja masuk tadi.
"Wah - wah tumben sekali Vano ditemani seorang wanita, kukira gosip tentang sahabat kita yang dikatakan Homo itu benar" ucap seseorang yang masih berdiri di depan pintu dengan entengnya.
Aurellia membalikan badannya saat mendengar suara yang terdengar sangat berkarisma itu. Untuk beberapa detik Aurellia lupa bernafas karena melihat ciptaan tuhan yang luar biasa tampan itu.
Ketiga pria lainya memang tampan tapi tetap saja dunia tidak akan membantah bahwa pria yang kini sedang berjalan ke arah sofa menghampiri temannya itulah yang paling tampan. Tanpa mau jatuh pada ketampanan pria itu lebih dalam lagi Aurellia kembali fokus pada pria dihadapannya ini.
"Diamlah Vin!! " Sarkas pria didepan Aurellia yang diyakini bernama Vano
Sedangkan tiga pria yang duduk di sofa di ruangan itu tertawa puas memandang wajah Vano yang masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVIN & AURELLIA
Romance•ROMANCE COMEDY• Jika hanya memandangmu berdosa maka aku siap untuk menjadi pendosa. -Aurellia Elena Dominic Kebahagiaanmu adalah prioritasku. Rindu dan luka ini biarkan menjadi urusanku. Aku tak pandai merangkai kata maka dari itu aku hanya dapat...