4

1.5K 84 2
                                    

"Apakah kau yakin akan minum itu? " tanya Melvin ketika Aurellia mengambil minuman berwarna merah.

"Why not? "

"Kau tau itu minuman beralkohol?" Melvin mengambil gelas berisi jus mangga.

Aurellia mencium bau minuman tersebut untuk memastikan ucapan Melvin dan benar saja bau alkohol menyengat hidungnya.  "Sialan! " dengusnya dengan menjauhkan gelas itu.

Melvin mengambil gelas yang dibawa Aurellia dan menukarnya dengan gelas yang dia bawa berisi jus mangga.  "Minum ini saja! "

Aurellia meminum jus mangga itu hingga tersisa setengah gelas.

Saat suara musik mengalun suasana pesta semakin meriah sebagian ada yang berdansa dan sebagian tetap berada di tepian lantai dansa. Aurellia melirik Melvin, pria itu sedang meminum minuman yang diambilnya tadi, entah apa Aurellia tak mengetahui namanya.

Sungguh Aurellia sangat bingung siapa sebenarnya Melvin.  Orang tampan dan kaya. Tidak perlu diberi tahu pun Aurellia tahu itu. Tapi ayolah hanya orang gila yang menghadiahi seseorang dengan jam tangan seharga 350 juta lebih! 

"Kenapa kau memandangku seperti itu? Terpesona nona? " gurau Melvin.

Aurellia memutar bola matanya malas lalu mengalihkan pandangannya. Sialnya pandangannya jatuh pada seorang pria paruh baya yang sangat amat Aurellia kenal. Pria paruh baya yang menamparnya beberapa hari lalu. Siapa lagi jika bukan Ayahnya.

Kacau. Benar benar kacau. Hanya melihat ayahnya Aurellia merasa sakit hati. Ucapan ayahnya pun masih terekam jelas di otaknya. Bahkan tiba tiba pipinya kembali merasakan tamparan tersebut.

"Arra! " Melvin menggoyangkan kedua bahu Aurellia untuk menyadarkannya.

"Aku akan ke kamar mandi sebentar" ijin Aurellia, belum Melvin memberi izin dia pun sudah berlari.

Tidak lama dari perginya Aurellia ke kamar mandi, datang sosok pria berjas hitam berdiri tepat di samping Melvin. Tidak ada ucapan sama sekali yang terlontar dari pria itu.

Melvin pun tidak memiliki niat sama sekali untuk bertanya karena dia sudah tau maksud kedatangan orang disampingnya itu.

"Bos besar menunggu laporan anda. Ditunggu hingga nanti pukul 11:15" ucap orang itu dengan sedikit berbisik agar tidak ada yang mengetahui pembicaraan mereka berdua.

Melvin mengangguk kecil sambil meminum tequila yang tersisa setengah gelas.

"Beliau juga berpesan agar keamanan di pelabuhan di perketat" lanjut orang itu dan setelahnya pergi saat mengetahui ada seseorang yang akan mendekat.

"Kau lama sekali" komentar Melvin saat Aurellia sampai di hadapannya.

"Airnya mati" jawab Aurellia asal. Tentu saja. Mana mungkin dia menjawab jujur bahwa dia sedang menghindari ayahnya.

"Kau sangat bodoh jika harus berbohong" Melvin mengusap kepala Aurellia halus. "kita harus segera pergi dari sini. Aku ada sedikit pekerjaan " lanjut Melvin.

"Tapi pesta belum slesai"

"Jika kau ingin tetap disini tidak masalah, tapi aku harus pergi" Melvin tetap berjalan dan Aurellia dibelakangnya. Ya dibelakangnya, bukankah memang seperti itu seharusnya.

"Aku ikut bersamamu. Disini sendiri hanya membuatku seperti orang bodoh! " jawab Aurellia sepontan.

"Jadi sekarang kau sudah sadar jika kau bodoh? " entah itu pertanyaan atau hinaan.

"Sialan! " dengus Aurellia.

***

Sekitar satu jam perjalanan akhirnya Melvin dan Aurellia sampai di depan sebuah rumah besar di tengah tengah hutan atau perkebunan entahlah Aurellia sulit mendiskripsikannya.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang