"Katakanlah! " perintah Vano kembali sibuk dengan laptop dihadapannya tanpa memperdulikan kgaduhan yang ketiga sahabatnya buat.
"Saya ingin bekerja disini" dengan satu kali tarikan nafas Aurellia melontarkannya.
"Aku tidak melihatmu sama sekali membawa surat lamaran kerja" Vano sesekali melirik Aurellia sebagai tanda dia tidak mengacuhkan sepenuhnya.
"Saya memang tidak membawanya" jawab Aurellia membenarkan. Kini dia dapat merasa lebih santai tidak setegang tadi.
Vano menggeserkan laptopnya dan fokus kepada Aurellia, "Kau kira ini club abal - abal?"
"Saya tidak mengatakan seperti itu! " bela Aurellia.
"Lalu kau mau kerja apa disini? Menjadi tukang sapu pun disini harus membawa surat lamaran kerja" jelas Vano memperhatikan raut wajah Aurellia.
Diam. Aurellia hanya diam. Dia tetap duduk dengan tenang. Hanya suara guarauan ketiga pria yang duduk di sofa. Vano juga masih tenang disinggasananya.
"Melacur? " tanya Vano yang kembali tidak mendapat respon. Entahlah tiba - tiba saja Aurellia merasa hilang harapan.
"Hei Van! Kau mengacuhkan kita disini?! Padahal kita sengaja mengunjungimu agar kau tidak setres gara - gara angka kesayanganmu itu! " Ucap salah satu diantara ketiga sahabat Vano dengan diakhiri tawa.
"Hidupku terlalu berharga untuk bersantai - santai seperti Melvin dan kalian berdua! " sarkas Vano yang alih alih membuat pria yang bernama Melvin itu tertawa dengan pongahnya.
Aurellia baru mengetahui bahwa pria yang sangat tampan itu bernama Melvin. Dan untuk kedua sahabat Vano yang lainya Aurellia belum mengetahui nya.
Pandangan Vano kembali fokus pada Aurellia yang tidak memberi jawaban.
"Maaf aku tidak bisa menerimamu bekerja disini""Saya mohon Pak, saya sangat membutuhkan pekerjaan" mohon Aurellia dengan sepontan.
"Membutuhkan pekerjaan? Aku lihat kau seperti anak orang berada, sangat aneh jika kau membutuhkan pekerjaan" Sela Melvin saat Vano akan berucap.
"Apakah kau sedang bertengkar dengan ayahmu hingga dia tidak memberimu uang jajan? " tanya salah satu pria yang tidak dikenal Aurellia.
"Jika kau melacur itu sangat kontras dengan wajahmu yang lebih seperti anak mamah" ucap Melvin kembali setelah menenggak bir dari gelas kaca.
"Dari pada kau melacur lebih baik kau bekerja denganku. Kau cukup bekerja diatas ranjangku dan setelah itu kau mendapatkan bayaran. Ah ngomong - ngomong perkenalkan namaku Beni dan ini Leo. Aku tidak perlu mengenalkan kedua sahabatku yang lain bukan?! " tawaran sekaligus perkenalan dari Beni.
"Bukankah itu sama saja?" tanya Aurellia dan dengan bodohnya Beni mengangguk.
"Jangan dengarkan Beni, dia tidak pernah bisa diajak sedikit serius! " Melvin menuangkan bir kedalam gelasnya tadi setelah mengatakan itu.
"Siapa namamu? " tanya Leo
"Aurellia"
"Aku memiliki tawaran lebih bagus dari pada kau harus melacur disini dan menjadi pelacur pribadi Beni" lontar Melvin dengan mudahnya tanpa mefilter perkataannya.
"Tidak perlu mencuci otaknya Vin! Pasti sama saja dia akan berakhir diatas ranjangmu! " perkataan Beni berhasil membuat seisi ruangan itu tertawa, tentu saja terkecuali Aurellia.
"Tidak. Aku tidak tertarik kepada anak ini. Jika pun aku membutuhkan teman diranjang itu mudah saja" dengan pongahnya Melvin dengan tersirat membanggakan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVIN & AURELLIA
Romansa•ROMANCE COMEDY• Jika hanya memandangmu berdosa maka aku siap untuk menjadi pendosa. -Aurellia Elena Dominic Kebahagiaanmu adalah prioritasku. Rindu dan luka ini biarkan menjadi urusanku. Aku tak pandai merangkai kata maka dari itu aku hanya dapat...