60

757 30 11
                                    

Jangan lupa untuk :
-Vote
-Comment
-Follow
-Tambahkan ke reading list

I hope you like it 😍

Happy Reading, Dear ♥

Suasana malam itu benar - benar di luar dugaan Melvin jika club miliknya yang dikelola oleh Vano akan seramai ini. Dari barista yang bekerja Melvin tahu jika malam ini ada orang yang sedang merayakan ulang tahun di sini, selain itu hari ini adalah weekend.

Ini adalah pertama kalinya Melvin benar - benar memperhatikan suasana clubnya saat dia berkunjung. Itu karena biasanya setiap kali Melvin menginjakan kakinya di tempat hingar bingar dia akan memesan private room agar lebih mendapatkan privasi.

Di meja paling ujung ruangan, bagian yang akan mendapat perhatian pengunjung paling minim Melvin, Leo dan Vano duduk. Ini adalah usulan Melvin sendiri karena sebelumnya Aurellia menolak dengan keras untuk bergabung dengan mereka di private room. Jadi tempat yang sekarang dia pilih adalah jalan tengahnya. Selain bisa mengawasi Aurellia yang duduk tepat di depan meja barr Melvin juga bisa menikmati surga duniawi meskipun sedikit terganggu dengan pemandangan muda mudi yang melakukan hal senonoh di sofa yang tersedia.

"Aku tidak mengira anak muda jaman sekarang memiliki nyali yang gila," Leo meringis melihat hal vulgar di depan matanya. Itu adalah yang dipikirkan Melvin sejak tadi.

"Jadi kau sudah mengakui jika kau tua?" Ejek Melvin dengan senyum jahilnya.

"Apa kau tidak tahu, Vin jika Leo bulan lalu berulang tahun ke 28? Dan yang menarik adalah dia mengubah angka ulang tahunnya menjadi 27," tambah Vano.

Melvin, Vano dan beberapa wanita penghibur yang menemani mereka tertawa akan sikap bodoh Leo. Itu adalah salah satu yang Melvin maksud sifat kekanakan Leo yang terkadang muncul.

"Jika dibandingkan dengan kalian berdua aku yang paling muda," Leo menarik salah satu wanita dengan berbaju mini untuk lebih dekat dengannya.

"Kau tidak berniat beradu nyali dengan mereka bukan, Le?" Melvin menyeringai kecil dibawah lampu sorot yang bergerak dengan lincah mengikuti hentakan lagu DJ.

"Apa aku harus membuka aibmu yang seperti laut dan langit di sini?" Balas Leo merasa menang memiliki kartu AS temannya yang sangat hobby membully.

Gelengan kepala dan senyum yang semakin lebar adalah tanda jika Melvin tidak akan menerima kekalahan dalam adu bicara. "Apa kau akan menggunakan itu untuk mengalahkan pesonaku? Ya ampun jika saja aku memiliki rahasia ketampanan aku akan membaginya padamu."

"Damn you!"

"Tenanglah, mereka milikmu malam ini. Apa aku juga perlu memanggil si Ratu Judi agar kau puas, Le? Ah tentu saja kau akan menolak itu." Tawa Melvin sangat kontras dengan wajah Leo yang masam.

"Aku sekarang benar - benar merasa menyesal sudah memaksamu kemari, Vin!"

Melvin menuangkanwhisky  pada gelasnya yang sudah kosong lalu melakukan 'cherss' dengan Vano yang duduk di depannya.

"Kebetulan ada kalian disini, jadi aku tidak perlu repot - repot mengirim undangan. Bisakah kalian mengosongkan jadwal kalian untuk minggu depan?" Tidak butuh waktu lama untuk Vano mendapat perhatian penuh dari kedua sahabatnya.

Tentu saja, dia Vano Bagaskara. Manusia paling anti acara - acara diantara semua temannya. Bahkan kehadiran Vano dalam sebuah acara bisa dihitung dengan jari. Dia tidak akan menghadiri acara jika acara itu tidak benar - benar sangat penting. Apa yang baru saja dia katakan pasti akan membuat sahabatnya penasaran.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang