46

594 32 6
                                    

Jangan lupa tekan bintang♥
Masukkan ke dalam readinglist jika kalian sayang sama Melvin😍😹

Happy reading, Dear♥










Sudah berkali - kali ponsel Melvin berdering di atas nakas dengan sengaja di biarkan. Dia lelah setelah melakukan pencarian pelaku yang mencuri barang - barang di laboratorium ini. Tapi sepertinya si penelepon di sana tidak paham akan kode yang di berikan Melvin itu, sehingga tetap terus menghubungi Melvin meski sudah berkali - kali tidak di angkat.

Ke dua kelopak matanya dia paksa untuk terbuka. Aurellia masih terlelap di dalam pelukannya. Gadis itu membalas pelukan Melvin seolah Melvin adalah guling.

Ponselnya terus berdering menarik kesadaran Melvin secara perlahan. Tanpa melihat siapa nama yang menghubunginya Melvin menekan tombol hijau dan menaruhnya di telinga.

"Jika sampai hal tidak penting yang kau katakan, aku akan menembak kepalamu karena sudah mengganggu tidurku, Mar!"

"Jadi kau mau menembak kakekmu hahh?!" Bentak suara disebrang.

Mendengar suara itu Melvin mengecek layar ponselnya dan mendapati kakeknya yang menelepon. "Astaga kakek ini masih pagi."

"Dasar cucu sialan!" umpatnya yang di susul makian dan segala luapan kekesalan karena Melvin tidak segera menjawab panggilannya.

"Kau memberiku sarapan yang luar biasa, kek," ucap Melvin setelah Budi berhenti mengumpat.

"Apa kau sudah membaca pesanku? Kau sudah diberi tahu oleh Aurellia?"

"Tentang apa?"

"Aku akan mengadakan acara saat Natal nanti dan aku mengundangmu datang ke sini."

"Wahh aku merasa terhormat kau mengundangku di acaramu yang meriah itu, kek. Tetapi kau pasti lupa jika saat Natal pasti di Kanada sedang musim salju, itu sangat tidak baik untuk penerbangan, kek." Melvin memijat pangkal hidungnya, kesadaran kini sudah sepenuhnya bersamanya.

"Alasan macam apa itu hehh?! Di setiap Natal kau bahkan selalu berjudi di negara yang sedang turun salju!"

"Sekarang aku sudah sadar jika itu berbahaya."

"Omong kosong!"

"Sungguh, kek." Ucap Melvin dengan terkekeh.

"Kau benar - benar tidak ingin ke sini? Padahal aku sudah mengundang artis - artis dan model untuk kau kencani dan siapa tahu kau mau menikah."

Melvin kembali terkekeh, ah kakeknya memang sangat mengerti dirinya. "Aku sedang tidur bersama seseorang, kek, jika teman tidurku tahu apa yang sedang kita bicarakan itu bisa melukai egonya."

"Wanita?" Nada antusias terdengar jelas.

"Cucumu ini masih normal."

"Tidak seperti dirimu yang setelah bercinta mengusir teman kencanmu. Di sana masih pagi bukan, nak?"

"Kita tidak bercinta hanya tidur, tidur dalam artian sebenarnya."

Terdapat jeda lama. Budi terdiam lama hingga Melvin kira panggilan terputus.

"Jadi kau sudah mendapatkan calon istri? Kapan kau akan menikah?"

Melvin menaikan selimut hingga leher Aurellia saat gadis itu semakin menempel pada Melvin mencari kehangatan.

"Kakekku sayang, kepalaku pusing sekali karena kurang tidur. Aku mengantuk, sampai nanti kakek. Salam cinta dari cucu tampanmu!" Melvin mematikan panggilan secara sepihak.

MELVIN & AURELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang