Happy reading, dear♥
Jangan lupa tombol bintang dan komentarnya♥
"Kau benar - benar niat membuat kue ya?"
Aurellia mengalihkan pandangannya dari adonan yang sedang dia buat pada sosok pria yang bersandar di almari pendingin dengan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Melvin.
"Hanya kue jahe."
Melvin berjalan mendekati Aurellia dan duduk di kursi pantri sambil menopang dagunya. Kedua matanya tidak lepas dari gadis bersurai coklat menyala itu.
"Padahal kau bisa menyuruh koki untuk membuatnya," komentar Melvin melihat kerepotan Aurellia yang beberapa kali menyingkirkan helaian rambutnya dengan tangan yang kotor oleh tepung terigu.
"Ini namanya perjuangan untuk merayakan Natal. Apa yang kita dapat dengan instan dan apa yang kita dapat dengan perjuangan rasanya akan berbeda."
"Aku kira kue jahe rasanya sama saja."
Aurellia mendengus. Percumah bicara panjang lebar kepada orang seperti Melvin.
"Guci dan beberapa barang lelangan yang kau dapatkan sudah dikirim dan di taruh di ruangan kosong dekat tangga." Sekali lagi Aurellia menyingkirkan surainya.
Melvin bangkit dari duduknya dan berdiri di belakang Aurellia. "Kapan barang - barang itu sampai?" Tanyanya sambil menyatukan rambut Aurellia yang halus menjadi satu.
"Saat kau pergi untuk meeting bersama Vano," tidak merasa terganggu oleh tingkah Melvin, Aurellia tetap melakukan pekerjaannya.
"Akan aku lihat nanti," Melvin kembali duduk di tempatnya semula.
Adonan yang di campur Aurellia rasa sudah menyatu dengan baik. Mencuci tangannya dan menyiapkan loyang serta margarin untuk pengolahan selanjutnya.
"Melvin..."
"Ya?"
"Tolong cetak adonan lalu nanti taruh di atas loyang. Aku ingin ke kamar mandi sebentar."
"Kau menyuruhku?"
"Aku meminta tolong!"
"Kau menariku untuk bersusah payah bersamamu, Arra. Padahal sejak awal aku sudah menyarankan hal hal yang mempermudah hidupmu!" Gerutu Melvin namun tetap bangkit dari posisi nyamannya.
"Sekali - kali cobalah sesuatu yang baru. Apa kau tidak bosan dengan kegiatanmu yang terlalu santai itu?!"
"Lalu aku harus merepotkan diriku sendiri? Tuhan tidak akan merestuiku! Tuhan sudah memberiku kehidupan yang nyaman lalu kenapa aku harus keluar dari kenyamanan itu? Sungguh Arra aku tidak paham cara berfikirmu!"
"Astaga Melvin! Bisa - bisanya kau membawa Tuhan dalam masalah seperti ini!"
Melvin memutar matanya malas. "Kenapa kau cerewet sekali? Cepat sana pergi! Kau lupa ingin ke kamar mandi he?"
Aurellia berlari memasuki kamar mandi yang berada di dekat dapur. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan acaranya membuang hajat kecilnya.
Di dalam kamar mandi yang lantainya terbuat dari marmer Aurellia sengaja berlama - lama dan melakukan kegiatan yang sebenarnya tidak perlu dia lakukan seperti, mencuci tangan kaki, mencuci muka memandang wajahnya pada pantulan cermin lama - lama.
"Arra!!!" Teriak Melvin dari luar.
Aurellia menahan senyumnya, dia memang bermaksud mengerjai Melvin.
"Sebentar!!"
"Syukurlah aku kira kau mati di dalam kamar mandi!"
"Pria itu!!!" Dengus Aurellia lalu keluar dari kamar mandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
MELVIN & AURELLIA
Romance•ROMANCE COMEDY• Jika hanya memandangmu berdosa maka aku siap untuk menjadi pendosa. -Aurellia Elena Dominic Kebahagiaanmu adalah prioritasku. Rindu dan luka ini biarkan menjadi urusanku. Aku tak pandai merangkai kata maka dari itu aku hanya dapat...