Pagi ini tak seperti biasanya Lukas masih berada di rumahnya, padahal jarum jam telah menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Membuat Vani yang tadinya sudah siap menuju meja makan jadi mengurungkan niatnya dan berjalan kembali lagi ke atas.
"Itu kak Lukas ngapain sih di situ, tumben amat!" gerutu Vani.
Sial bagi Vani, saat melangkahkan kaki di tangga, suara decitan dari gesekan lantai parquet terdengar nyaring, membuat Lukas mau tak mau menoleh mencari sumber suara.
"Van..." panggilnya, saat dia tahu kalau Vani-lah yang ada di tangga. "Sini sarapan!" ajaknya.
Membuat Vani mengerutkan keningnya. "Mampus, kenapa juga sih dia lihat gue?" gumam Vani.
Nasib baik memang sedang tak berpihak pada Vani. Karena setelahnya, Kana keluar dari kamarnya dibuntuti sang pengasuh. Kana berlari riang dan berseru senang melihat Vani di tangga.
"Aunty!" teriaknya.
Tangan kecil Kana langsung menggenggam telapak tangan Vani saat di dekatnya, lalu menariknya untuk turun.
"Non Kana, jalan pelan-pelan," anjur Wulan sang pengasuh dengan nada yang begitu khawatir.
"Nggak apa-apa, Mbak. Ini saya jagain," kata Vani menenangkan.
"Ayo Aunty kita makan!" seru riang Kana sembari menuruni satu per satu anak tangga.
Vani menghela napas pasrah.
Padahal tadinya ia ingin menghindari Lukas, tapi apa daya gerak-geriknya sudah terlihat oleh laki-laki itu, terlebih lagi kini Kana tak ingin melepas tangan mungilnya di genggaman tangan Vani, membuat Vani mau tak mau mengikuti kemauan si gadis kecil.
"Ayah!" seru Kana saat melihat Lukas berada di meja makan.
Gadis kecil itu jarang sekali melihat Lukas ada di rumah. Sehingga saat melihat ayahnya ada di sana, membuatnya segera melepas genggaman tangannya pada Vani dan berlari menghambur ke arah laki-laki itu.
Pemandangan itu membuat Vani iba. Bagaimana tidak, anak sekecil Kana harus mengalami perpisahan orang tua. Terlebih lagi sepengetahuan Vani, Kana jarang merasakan kehangatan kasih sayang Lukas dan Fela. Vani tahu benar, bagaimana Fela memperlakukan Kana. Betapa miris, justru orang yang memperlihatkan rasa sayang ke gadis kecil itu dengan tulus malah pekerja-pekerja di rumah itu, seperti mbak Wulan, bi Isah, dan pak Uus.
Bahkan Vani sempat menguping pembicaraan sang asisten rumah tangga dan pengasuh keponakannya beberapa waktu lalu...
"Alasan saya masih bertahan di rumah ini, walaupun dulu bu Fela begitu ke saya, ya karena Non Kana," ungkap Wulan. "Kasian, saya nggak tega ninggalin," lanjutnya lagi.
"Iya ya, pak Lukas setiap hari jarang di rumah. Hari sabtu dan minggu aja kadang sudah pergi dari pagi. Saya sampai heran, kerja apa ya yang nggak pake libur begitu?" Kini bi Isah ikut menambahkan.
Perempuan berusia empat puluh tahunan itu menghela napas lalu melanjutkan, "Bener, kasian non Kana, Lan."
"Tapi kan sekarang ada non Vani, Bi," kata Wulan.
"Iya sih, non Kana sekarang lebih ceria. Dia sekarang lebih banyak ketawanya dibandingkan semenjak ditinggal bundanya," tambah Wulan. "Untungnya non Vani suka sama anak kecil ya, Bi."
"Iya bener, Lan."
"Aunty!" seruan sang keponakan menyadarkan Vani dari lamunan sesaat akan ingatannya ke percakapan pekerja di rumah itu. "Sini duduk, makan."
Celoteh riang si gadis kecil membuat Vani menyunggingkan senyumnya. Vani tidak tega membiarkan keponakannya itu kecewa, makanya dia memilih untuk duduk bergabung dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)