T i g a p u l u h s a t u

26.3K 2K 65
                                        

Tiga puluh satu hari sudah semenjak Jun meminta Vani menyudahi hubungan mereka. Masih ada sisa perasaan bagi Vani terhadap Jun tentu saja, karena tidak mudah menghilangkan rasa terhadap orang yang selama ini selalu ada di hati, bukannya begitu?

Setidaknya itu yang ada di benak Vani sekarang, dia tak bisa membenci Jun. Dan Jun benar, apapun alasan yang digunakan laki-laki itu untuk mengakhiri hubungan keduanya sedikit banyak memang Vani menjadi salah satu alasannya.

"Jangan nyalahin diri sendiri," pesan Mala--sepupu Vani ketika Vani mengajaknya ber-video call minggu lalu. "Kalian udah sama-sama gede, udah sama-sama dewasa, nggak ada gunanya saling menyalahkan. Apalagi, nyalahin diri sendiri kayak gitu."

Mala melanjutkan, "Dijalanin aja apa yang ada sekarang, lagian gue perhatiin mas Lukas memperlakukan lo dengan baik, 'kan?" Senyum dipelihatkan gadis berambut ikal dan berlesung pipi itu. "Kalau gue jadi lo, gue akan belajar menyukai orang yang tulus sama gue."

"Nggak segampang itu, Mal," keluh Vani.

"Tau, makanya pelan-pelan, nggak usah buru-buru. Pelajari bagaimana tulusnya orang itu sama lo."

"Lo diendorse ya, buat ngomong kayak gini ke gue?"

"Astaga ya enggak, lah. Lagian siapa yang mau bayar, tante Ranty?"

"Kak Lukas," cetus Vani.

Mala terkikik geli. "Dia punya nomor telepon gue juga enggak, segala mau endorse. Udah jangan kelamaan galau, nungguin Jun juga nggak ada gunanya, 'kan dia yang minta kalian putus."

"Padahal dia udah janji lho, Mal."

"Lo harus tau, Van. Waktu dan jarak bisa mengubah seseorang," pesan Mala dengan bijak.

Kalimat itu diingat oleh Vani hingga sekarang, dan Vani masih menerka-nerka apa hanya jarak dan waktu yang membuat seseorang berubah begitu mudahnya? Atau ada hal lain?

"Van..." panggil Lukas yang membuat pikiran Vani yang sedang melayang kembali ke realita.

"Hmm..." sahut Vani dalam gumaman.

"Kalau kamu keberatan ikut acara keluarga saya, kita bisa pergi ke tempat lain sekalian ajak Kana." Lukas berkata ketika mobil yang dikendarai Uus melaju sedang di jalan tol Cipularang.

"Kenapa? Aku sama sekali nggak keberatan." Vani menoleh.

Lukas mengangkat kedua bahunya. "Saya belum pernah ajak Kana jalan-jalan selama ini, mumpung di Bandung banyak spot enak buat liburan sama anak-anak. Saya bisa cari alasan ke mama supaya kita nggak perlu hadir."

Vani memandang wajah Lukas dengan heran. "Nggak enak, lah. Mama-nya Kak Lukas udah jahitin seragam buat aku sama Kana. Masa nggak dateng?"

"Cuma masalah jahit baju, uang mama bisa aku ganti."

Vani menggigit bagian dalam bibirnya. "Memangnya segitu ngeboseninnya acara keluarga Kak Lukas, sampai Kak Lukas nggak mau hadir?"

"Bukan begitu." Lukas menghela napas pasrah.

Saya justru nggak mau kamu hadir, Van. Pikir Lukas.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang