"Van..." panggil Lukas. "Vani!" Lukas mencoba membangunkan Vani tapi gadis itu tak memperlihatkan reaksi apapun bahkan setelah Lukas mengguncang tubuhnya.
Panik, tentu saja.
Namun Lukas bertindak cepat, dia segera menelepon Uus agar kembali ke hotel dan menjemput mereka.
Uus tiba lima belas menit setelahnya, Lukas membopong tubuh Vani dengan terburu-buru, rasanya lebih sulit dibandingkan sebelumnya karena ia kini setengah berlari, tapi Lukas tak peduli, yang ia pikirkan saat ini adalah keselamatan gadis itu.
"Rumah sakit mana Pak?" tanya Uus.
"Mana aja, langsung ke IGD-nya ya!" titah Lukas.
"Baik!"
Mobil SUV hitam itu tiba di depan pintu masuk IGD sebuah rumah sakit swasta terdekat dari hotel, beruntung Uus cukup hapal dengan kota besar ini sehingga tak sulit mencari jalan, apalagi jalur di kota kembang seringkali dibuat satu arah.
Bergegas, Lukas setengah berlari membopong tubuh Vani masuk ke dalam. Seorang perawat yang melihat dengan sigap membukakan pintu ruang periksa IGD baginya.
"Kenapa ini, Pak?" tanyanya.
"Saya juga nggak tau, curiga overdosis obat tidur."
"Ya udah Pak, langsung masuk ke sini aja," anjur sang perawat setelah membuka salah satu tirai bilik periksa.
Lukas membaringkan Vani di atas ranjang rumah sakit berseperai putih itu.
"Tunggu ya Pak, nanti dokter ke sini."
"Iya, terima kasih."
Lima menit kemudian seorang perawat yang lain datang membawa troli yang isinya alat tensi, dan alat-alat kesehatan lain demi memeriksa kondisi Vani. Dia bertanya macam-macam pada Lukas yang dijawab seadanya oleh pria itu. Jawabannya selalu sama, "Saya nggak tau, saya curiga kebanyakan minum obat tidur."
Perawat yang memeriksa tubuh Vani pergi setelah memeriksa tekanan darah dan denyut nadi gadis itu. Setelahnya seorang dokter datang, menanyakan hal serupa yang dijawab oleh Lukas dengan jawaban yang tak berbeda.
"Obatnya ada?" tanya sang dokter.
"Ada, Dok." Lukas memberikan botol kaca yang dibawa serta bersamanya.
Sekali melihat nama yang tertera dalam label dokter itu mengangguk-angguk seakan sudah paham. Dia memberikan perintah macam-macam yang Lukas tak pahami kepada perawat, termasuk meminta perawat memasang alat monitor bagi napas dan detak jantung Vani.
"Pasien sempat muntah sebelumnya nggak, sebelum hilang kesadaran?"
"Sepanjang yang saya tau enggak, Dok."
"Oke," jawab sang dokter lagi.
"Dok, jadi bagaimana kondisinya?"
"Sebenarnya obat yang diminum pasien itu suplemen, kalau diminum sesuai dosis dan tidak dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya, dan suplemen seperti ini bisa dibeli bebas di apotik. Permasalahannya, kalau melihat kondisi pasien seperti ini saya curiga tablet yang diminum pasien sekaligus lebih dari tiga butir. Kami akan coba berikan obat untuk menawar racun di tubuh pasien."
"Tapi kenapa harus dipasang alat, Dok?" Kini Lukas tak bisa menyembunyikan khawatir dalam dirinya.
"Kita monitor untuk melihat detak jantung dan napas pasien, karena kalau seperti ini khawatir pasien kesulitan bernapas tapi kita nggak sadar, tapi semoga aja nggak terjadi."
"Usahakan yang terbaik, Dok!" pinta Lukas.
"Kami berusaha yang terbaik, kami juga ingin pasien bisa segera pulih. Saya permisi sebentar, nanti ada perawat yang akan memasang infus dan memasukkan obat ke tubuh pasien." Dokter itu pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)