"Jadi Kana udah ketemu sama Fela?" tanya Gandes.
"Sudah, Ma," jawab Lukas.
"Vani gimana?"
"Ya dia biasa aja sih, walaupun awalnya terpengaruh sama omongan Fela, tapi udah Lukas jelasin semua yang sejujurnya ke Vani, Ma."
Gandes menepuk punggung anaknya. "Kamu sih, dulu nggak dengerin omongan mama. Padahal coba bilang sejak awal ke Vani, bagaimana rumitnya masalah kamu sama Fela."
"Ya gimana, bikin Vani buat nerima Lukas aja susah. Masa belum apa-apa udah dicekokin cerita tentang kakaknya, yang ada dia nggak mau percaya sama aku, Ma."
"Ya, bener juga."
"Hai, Ma!" sapa Vani dengan riang saat mendekati ibu mertuanya lalu mencium punggung tangan Gandes dengan sopan.
"Duduk, Van. Mama bikinin nasi kuning."
Vani mengambil posisi duduk di hadapan Lukas tepat di samping Kana yang sedang menyendok bihun goreng dengan garpu plastik. "Bisa Kana?" tanya Vani sembari mengusap kepala balita itu.
Kana mengangguk-angguk.
"Dalam rangka apa nih, Ma?" tanya Vani.
Gandes mengerutkan kening. "Kamu 'kan udah lulus kuliah tapi malah nggak dirayain, harusnya kita makan di restoran sekeluarga."
Vani menaikkan kedua alisnya. "Oalah, kirain apa, Ma. Vani minta doanya aja. Makasih lho Ma, udah dimasakin."
"Iya, ayok makan!" seru Gandes. "Eh, kok itu kamu pake syal? Nggak enak badan?" tanya Gandes.
Lukas mengulum bibirnya menahan tawa, apalagi melihat istrinya itu gelagapan tak kuasa menjawab pertanyaan ibunya. Melihat reaksi Lukas, Vani rasanya ingin menendang tulang kering pria itu, tapi meskipun sudah berusaha meraih kaki pria itu, nyatanya tak berhasil karena jarak kakinya dan kaki Lukas terlalu jauh.
"I-iya Ma, badan Vani rasanya agak-agak anget gitu." Vani menirukan suara batuk.
Bohong. Padahal, Vani sengaja memakai syal untuk menutup bekas kemerahan yang dibuat oleh Lukas padanya. Kalau tidak sedang terburu-buru Vani akan mengoleskan foundation agar bekas kemerahan di lehernya tertutup warna foundation yang nyaris menyerupai warna kulit.
"Jangan buru-buru minum obat, dites dulu siapa tau nggak enak badannya karena isi." Gandes berujar sambil menyendoki piring dengan nasi. "Mama dulu waktu hamil ini..." Gandes menjeda sambil menunjuk jarinya ke arah Lukas lalu melanjutkan, "ketahuannya pas hampir usia kandungan tiga bulan."
"Kok bisa, Ma?" Vani bertanya dengan antusias.
"Iya, mama 'kan dulu kerja, tapi belum bisa resign karena masih terikat spesial kontrak setelah terima beasiswa dari kantor. Waktu itu rasanya sibuk banget, ya kerja juga, kuliah juga, urus rumah juga, sampai mama nggak sadar kalau lagi hamil." Gandes memberikan piring berisi nasi kuning dan lauk untuk Vani.
"Makasih, Ma."
"Eh, tau-tau anaknya gede, nyaris empat kilo si Lukas waktu dilahirin, sampai harus operasi mama waktu itu karena nggak bisa lahiran normal, aduh waktu diinduksi nyaris dua belas jam," curhat Gandes. "Akhirnya mama udah nggak kuat, kata papa kamu 'udah operasi aja' akhirnya dioperasi. Masya Allah nikmat banget rasanya ngerasain mulesnya. Untung pas lahir anaknya nggak nyusahin, Lukas itu sama sekali nggak nakal waktu masih kecil, penurut. Mirip banget kayak Kana, cuma Lukas usil anaknya."
"Usil kenapa, Ma?" tanya Vani begitu tertarik.
"Hobinya nyari kodok, semua asisten di rumah ditakut-takutin pakai kodok, terus sukanya nyemplung ke kolam ikan, dulu kolam ikan kakek kamu sering jadi sasaran 'tuh Van. Habis ikan koi om Anggoro dikejar-kejarin sama Lukas, untung nggak mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...