"Dan kalau saya gagal, saya janji untuk melangkah mundur dan pergi dari masa depan kamu...selamanya."
Sambil menatap langit-langit di dalam kamarnya, Vani mengulang ucapan Lukas kemarin ketika keduanya pergi ke sebuah kafe berkonsep outdoor yang ternyata milik Lukas. Vani belum bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau semua ini selesai. Akankah ia bahagia atau sebaliknya?
"Harusnya aku senang, 'kan?" gumamnya.
Pintu kamarnya terbuka, wajah mungil muncul dari baliknya.
"Kana?" panggil Vani.
"Kana boleh bobo di sini?" tanyanya begitu polos. Di dalam pelukan gadis kecil itu ada boneka beruang berwarna cokelat yang Vani ingat itu pemberiannya ketika Kana berulang tahun kedua.
"Boleh dong, Sayang. Sini!" ajak Vani.
Dengan riang gadis kecil itu berlari lalu naik ke atas tempat tidur Vani.
"Kok tumben?" tanya Vani sambil melirik jam yang tergantung di dinding yang menunjuk ke angka sebelas. "Kana kebangun ya?"
Gadis kecil itu hanya mengangguk.
Vani menepuk-nepuk bagian belakang tubuh Kana sampai gadis kecil itu terlelap. Tak lama, Vani juga ikut terlelap. Ia pun bermimpi, dan di dalam mimpinya ia seperti berada di sebuah padang rumput yang begitu luas, hanya ada bulan dan bintang yang menjadi sumber penerangan padang rumput itu.
Ia tidak duduk sendiri, di sampingnya ada seseorang yang ikut duduk bersamanya, seorang pria dewasa yang wajahnya kabur karena kabut. Keduanya memandang ratusan bintang yang ada di atas langit, tak bersuara sepatah kata. Vani merasakan dingin di pundaknya dan orang yang duduk di sebelahnya begitu peka, dia melepas jaket yang dia pakai untuk diberikan kepada Vani.
Dingin yang Vani rasa sebelumnya berangsur berubah menjadi hangat. Aroma cologne dari jaket yang menyelimuti pundaknya bisa Vani hirup dengan sangat jelas.
"Ayah..."
Bisikan suara Kana terdengar sayup di telinga Vani. Lalu suara bisikan lain yang terdengar samar bagi Vani.
Pelan-pelan Vani membuka matanya, ia kembali lagi di dalam kamarnya dan sadar padang rumput yang dilihatnya hanyalah ilusi mimpi. Pencahayaan di dalam kamarnya begitu redup, membuatnya tak bisa melihat dengan jelas, juga kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul makin menyamarkan penglihatannya yang sedikit kabur.
Namun Vani masih bisa melihat siluet tubuh seseorang keluar dari dalam kamarnya. Tubuh tegap tinggi dan aroma cologne yang telah akrab di indera penciuman Vani, hanya satu pemiliknya...Lukas.
Vani menyentuh dahi dengan tangannya. "Tadi apa?" Lalu ia memejamkan matanya lagi karena mengira masih bermimpi.
<The Substitite>
"Kana, Ayah nggak bisa anter ke sekolah, ya? Nanti Kana sama mbak Wulan berangkatnya nggak apa-apa, ya?"
Gadis kecil itu memperlihatkan wajah cemberut setelah mendengar pernyataan maaf ayahnya yang lagi-lagi tak bisa mengantarnya ke sekolah. Vani baru bergabung ke atas meja makan setelah sebelumnya ia juga bersiap untuk berangkat ke kampus.
"Ini kenapa muka ditekuk?" tanya Vani lalu mengambil posisi duduk di samping Kana seperti biasanya.
Kana tidak menyahut, dia makin memanyunkan bibirnya mencari perhatian Vani.
Vani melirik ke arah Lukas berharap menemukan jawaban kenapa anak kecil di sebelahnya ini merajuk. Sadar diperhatikan, Lukas menaruh tablet Andriod-nya ke atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...