"Kamu beneran nggak mau pulang bareng aku aja Jun?" tanya Vani saat keduanya ada di bandara.
"Papa masih begitu kondisinya, lagi pula kuliahku tinggal skripsi, jadi aku sementara nginep di Surabaya dulu ya, kamu nggak apa-apa 'kan pulang sendiri?"
Vani menggelengkan kepalanya. "Aku nggak apa-apa, selama kamu nggak deket-deket sama si Alya-Alya itu."
Jun memencet hidung Vani. "Enggak, lah. Aku mana mungkin deket-deket dia."
"Ih, sakit!" keluh Vani mencoba melepaskan jari Jun dari hidungnya.
"Nggak usah didengerin omongannya Alya kemarin, ya?" pinta Jun yang dibalas Vani dengan anggukan. "Jangan bete lagi ya, sini dipeluk," kata Jun sembari merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut hangat oleh Vani.
Sembari mengusap punggung gadisnya Jun berkata, "Baik-baik ya selama aku nggak ada di Jakarta, jangan lirik-lirik cowok lain."
"Aku mana pernah lirik-lirik cowok lain." Vani mendengkus protes. "Kalau kamu benar-benar diminta nikah sama Alya gimana Jun?"
"Aku pergi lagi dari rumah."
"Segampang itu? Emang nggak kasian sama papa kamu, kalau kamu nggak pulang-pulang?"
Ada helaan napas dalam yang Vani dengar sebelum Jun berkata, "Aku...nggak tau, tapi yang jelas aku nggak akan diam kalau mereka mulai mengatur-ngatur hidup aku."
"Seandainya aku bisa kayak kamu," keluh Vani.
Jun melepaskan pelukannya. "Van, kamu harus inget ya, aku nggak pernah nyalahin kamu sama kondisi kamu yang sekarang."
Jun memberikan usapan di puncak kepala Vani dengan telapak tangannya lalu sebuah kecupan ringan mendarat di kening gadis itu.
"Sana masuk," pintanya. "Sebentar lagi boarding 'kan?"
Vani mengangguk, memberikan pelukan sekali lagi ke kekasihnya sebelum berjalan masuk ke ruang tunggu pintu keberangkatan bandara Juanda yang ada di lantai dua. Dia menoleh sebentar dan memberikan lambaian tangannya ke pemuda itu.
"Safe flight, kabarin aku kalo udah sampai rumah."
Vani mengangguk lagi, memamerkan senyuman lalu berkata, "Iya, kamu juga jangan lupa kasih kabar selama di sini."
Kemudian Vani membalikkan tubuhnya, menaiki eskalator dan tak menoleh lagi. Setelah melewati area pemeriksaan dan akhirnya mendapatkan duduk di ruang tunggu, Vani mengeluarkan ponselnya dan menyentuh layar untuk menghubungi pak Uus, supir pribadi Lukas.
Pada nada dering kedua, suara laki-laki paruh baya terdengar di telinga Vani.
"Iya, Non?" jawab suara dari seberang.
"Pak Uus lagi di mana?"
"Ini sama bapak, otewe pulang dari Cikarang Non," jawab pria itu.
"Oh.., kalau kira-kira saya minta jemput di bandara masih keburu nggak ya Pak? Tapi kalo nggak keburu sih nggak apa-apa, saya bisa naik Grab atau taksi."
"Hmm..." Sang pemilik suara di seberang agak meragu. "Jam berapa kira-kira sampenya, Non?"
"Sekarang 'kan jam tiga, kira-kira setengah lima saya sampai Soetta, Pak."
"Oh, kalau setengah lima masih bisa, Non. Masih keburu, semoga nggak macet."
"Kalau gitu makasih Pak Uus, saya tunggu di area parkir terminal tiga."
"Baik, Non," jawab pak Uus sebelum telepon dimatikan oleh keduanya.
___
Lukas terlihat bercakap-cakap dengan pria paruh baya di depan gedung besar, pria itu adalah kepala gudang penyimpanan. Apabila Lukas mengunjungi gudang penyimpanan, pria itulah yang selalu menemani Lukas berkeliling melakukan inspeksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)