"Saya 'kan udah bilang, kalau saya ada di dalam kamar, nggak boleh ada siapapun yang masuk!"
Vani bisa mendengar suara orang berteriak dari dalam kamar Lukas. Tentu saja Vani tahu itu suara Lukas yang sedang meluapkan emosinya pada Isah yang tengah berbaik hati mengantar makanan ke kamar itu atas anjuran Vani.
"I-iya Pak, maaf," ucap Isah terbata. "Tapi ini saya bawa ke sini makanannya soalnya Bapak nggak turun-turun buat makan."
"Saya lagi kerja, Bi. Nanti juga saya makan, kalau laper."
"Tapi Pak, ini sudah mau jam sembilan malam."
Vani sudah berdiri di depan pintu kamar Lukas mendengar pria itu menggeram marah karena terganggu dengan kehadiran Isah. Ia sudah bersiap melangkah masuk ketika tangan kecil Kana menggenggam telapak tangan Vani dan berhasil menghentikan langkahnya.
"Kenapa Kana?" tanya Vani dengan lembut.
"Ayah marah ya, Aunty?" tanyanya dengan polos.
"Ayah cuma kesel sedikit. Kana tidur ya, udah malam. Mbak Wulan mana?"
Kana menggeleng.
Vani menghela napas sesaat sebelum memanggil pengasuh keponakan kecilnya itu. Wulan setengah berlari menaiki anak tangga setelah mendengar namanya dipanggil beberapa kali oleh Vani.
"Maaf, Non. Saya baru mau rebus air buat isi termos," ungkap Wulan.
"Nggak apa-apa, Mbak. Ini Kana-nya diajak tidur aja, saya mau ke dalam, kasian bi Isah kena omel kak Lukas." Vani berbisik memelankan suaranya agar Kana tidak mendengar ucapannya yang dibalas anggukan oleh Wulan.
"Iya, Non," sahut Wulan. "Ayo Non Kana, kita bobo," ajak Wulan.
"Bye-bye Aunty," pamit Kana sembari melambaikan tangannya ke Vani. "Kana takut kalau ayah marah-marah, Mbak." Gadis kecil itu mengaku, membuat Vani yang mendengarkan ikut iba.
Kasian. Batin Vani.
Kini Vani mencoba melangkah masuk ke kamar Lukas ketika dia nyaris bertabrakan dengan Isah yang membawa nampan penuh berisi sepiring nasi dan mangkuk berisi soto ayam lamongan buatan asisten rumah tangga itu.
"Kok dibawa keluar lagi?" tanya Vani heran melihat nampannya masih berisi.
"Bapak nggak mau, Non. Dibujuk makan malah disuruh bawa keluar," keluh Isah.
Vani menghembuskan napas dengan kasar. "Ya udah, sini deh Bi nampannya. Saya aja yang bujuk dia makan." Vani mengalah.
"Kok tumben Non, mau? Udah suka ya, sama bapak?" ledek Isah.
Vani melebarkan matanya ke arah Isah.
Refleks, Isah mengatupkan bibirnya rapat. "Maaf," katanya kemudian. "Bibi salah ya?"
"Ngeledekin saya lagi, saya cabein, nih!" ancam Vani. "Iya, Bi Isah salah!"
"Ya ampun galaknya, sebelas dua belas sama si bapak, pantesan jodoh."
Vani melotot lagi sudah siap bersuara.
"Canda jodoh!" sambung Isah cepat, lalu berlalu cepat menuju tangga turun.
"Awas ya, Bi!" ancam Vani kesal lalu ia menggelengkan kepala melihat kelakuan asisten rumah tangga itu. "Kak Lukas dapet art ajaib amat?" gumam Vani.
Kamar utama nan luas itu Vani masuki lagi, ruangan tidurnya kosong, tak ada tanda-tanda keberadaan Lukas di sana. Namun Vani tahu, Lukas pasti menghabiskan waktu di ruangan kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)